Menu

Mode Gelap
HMPS Ekonomi Syari’ah Adakan Entrepreneurship Workshop Semarak Bulan Bahasa, HMPS TBIN Adakan Pemilihan Duta Bahasa Indonesia IAIN Madura Gelar Pisah Sambut Kabiro AUAK IAIN Madura Tidak Masuk 3 Besar Kampus Terbaik di Madura Versi Kemendikbudristek RI Dianggap Tidak Mendidik, Konten IMTV Mendapat Kritikan

Uncategorized · 15 Nov 2016 14:39 WIB ·

Pengorbanan Ibu Pengasuh


 Pengorbanan Ibu Pengasuh Perbesar

*Ulfatul Hasanah
            Di suatu pagi hari di saat matahari terbit, ada seorang anak sedang menangis histeris dan berteriak. Sebut saja namanya Dita. Sudah kebiasaannya setiap bangun tidur dia selalu menangis kepada ibunya. Dia tinggal berdua dengan ibunya di sebuah rumah yang tidak terlalu berkecukupan. Ibu Ida ini adalah seorang wanita janda yang ditinggal meninggal oleh suaminya. Beliau berusaha mencari nafkah sendiri bagi keberlangsungan hidupnya dan anaknya.
            Di saat anaknya menangis beliau segera menghampirinya, dan berkata “Ada apa sayang?, tenang sayang ibu ada di sini, ayo bangun sekarang kamu harus mandi, kamu harus sekolah sekarang”. “Tidak…tidak mau, ibu.” Sahut Ida sambil menangis histeris. “Ibu keluar sana, aku tidak mau Ibu ada di sini, Ibu bukan Ibu kandungku Ibuku tidak ada, entah siapa ibu kandungku aku tak tahu,” sahut Dita lagi. Namun, meski diteriakkan oleh anaknya seperti itu Ibu Ida tetap sabar dan menerima dengan keadaannya yang seperti itu.
            Ibu Ida adalah Ibu pengasuh Dita, Ibu Ida menemukan seorang bayi di depan pintunya. Beliau mengasuhnya dengan penuh kasih sayang, tetapi anak yang diasuhnya itu sangat keras kepala setelah dia mengetahui bahwa dirinya bukan anak kandung dari Ibu Ida. “Anakku, maafkan ibumu ini, meski dirimu bukan anak kandungku tetapi kasih sayangku selalu ada untukmu anakku” sahut Ibu Ida. “Tidak..Ibu jahat, karena ibu dari dulu tidak pernah mengatakan dari dulu padaku sampai aku sebesar ini sampai aku baru mendengarnya sekarang,” Dita sambil menangis.
            Selang beberapa detik, Dita pun berkata lagi “Sampai akhirnya aku menemukan surat kecil ini dari orang tua kandungku yang telah tega membuangku. Ibu Ida pun kehabisan kata untuk menjawabnya, lalu mereka menangis berdua dan menyesali semuanya.
Namun, pada keesokan harinya Ida pergi ke sekolah, dia masih duduk di bangku SD kelas 6. Dia pun juga termasuk salah satu anak yang paling pintar di sekolahnya, dia adalah seorang anak yang cerdas. Dan karena kepintarannya akhirnya kepala sekolah mengirimkan dirinya di sebuah perlombaan Internasional yang diselenggarakan di Amerika. Tanpa berfikir panjang Dita pun langsung menyetujui hal tersebut yang akan diselenggarakan 3 hari lagi.
Setelah sepulang dari sekolahnya Dita pun giat dalam hal belajar, sampai dia lupa makan tetapi ibu Ida tetap menyiapkan makan untuk anak kesayangannya tersebut, Ibu Ida tak ingin mengganggu anaknya tersebut yang sedang asyik sekali belajarnya. Keesokan harinya tiba di saat dia harus berangkat karena perlombaan itu diselenggarakan besoknya lagi, kepala sekolah menyuruhnya cepat berangkat supaya nanti ada waktu istirahat untuknya.
Namun pada akhirnya Dita berangkat dan dia pamit kepada Ibu Ida dengan perasaan acuh tak acuh. “Aku berangkat, ikut perlombaan di Amerika.” ucap Dita. “Dengan siapa kamu sayang?” tanya Ibu Ida. “Udah, ibu tidak perlu bertanya lagi” jawab Dita. “Tapi anakku, baiklah hati-hati di jalan, do’a Ibu selalu menyertaimu sayang” ucap Ibu Ida sambil menangis. “Do’a Ibu tidak ada gunanya untukku,” jawab Dita sambil berlari ke depan jalan raya dan tiba-tiba mobil pun datang dan langsung menabraknya, Ibu Ida pun langsung berlari menghampiri anaknya tersebut dan menangis menjerit.
Para tetangga pun segera menghampirinya dan langsung membawanya ke rumah sakit. Mobil yang menabraknya itu pun lari. Setelah diperiksa ternyata dokter mengatakan bahwa Dita masih hidup meski kehilangan banyak darah tetapi matanya tidak bisa melihat seperti dulu (buta). Karena kasih sayang Ibu Ida sangatlah besar untuk Dita, Ibu Ida tidak ingin Dita sakit dan menderita, akhirnya Ibu Ida mendonorkan kedua matanya untuk anaknya.

Setelah menjalani operasi tersebut Dita pun mulai sembuh dan dia pun tersadar bahwa kenyataannya pengorbanan seorang Ibu itu tidak ada batasnya untuk anaknya, meskipun bukan ibu kandung sekalipun.
Artikel ini telah dibaca 4 kali

badge-check

Penulis

Uncategorized · 15 Nov 2016 14:39 WIB ·

Pengorbanan Ibu Pengasuh


 Pengorbanan Ibu Pengasuh Perbesar

*Ulfatul Hasanah
            Di suatu pagi hari di saat matahari terbit, ada seorang anak sedang menangis histeris dan berteriak. Sebut saja namanya Dita. Sudah kebiasaannya setiap bangun tidur dia selalu menangis kepada ibunya. Dia tinggal berdua dengan ibunya di sebuah rumah yang tidak terlalu berkecukupan. Ibu Ida ini adalah seorang wanita janda yang ditinggal meninggal oleh suaminya. Beliau berusaha mencari nafkah sendiri bagi keberlangsungan hidupnya dan anaknya.
            Di saat anaknya menangis beliau segera menghampirinya, dan berkata “Ada apa sayang?, tenang sayang ibu ada di sini, ayo bangun sekarang kamu harus mandi, kamu harus sekolah sekarang”. “Tidak…tidak mau, ibu.” Sahut Ida sambil menangis histeris. “Ibu keluar sana, aku tidak mau Ibu ada di sini, Ibu bukan Ibu kandungku Ibuku tidak ada, entah siapa ibu kandungku aku tak tahu,” sahut Dita lagi. Namun, meski diteriakkan oleh anaknya seperti itu Ibu Ida tetap sabar dan menerima dengan keadaannya yang seperti itu.
            Ibu Ida adalah Ibu pengasuh Dita, Ibu Ida menemukan seorang bayi di depan pintunya. Beliau mengasuhnya dengan penuh kasih sayang, tetapi anak yang diasuhnya itu sangat keras kepala setelah dia mengetahui bahwa dirinya bukan anak kandung dari Ibu Ida. “Anakku, maafkan ibumu ini, meski dirimu bukan anak kandungku tetapi kasih sayangku selalu ada untukmu anakku” sahut Ibu Ida. “Tidak..Ibu jahat, karena ibu dari dulu tidak pernah mengatakan dari dulu padaku sampai aku sebesar ini sampai aku baru mendengarnya sekarang,” Dita sambil menangis.
            Selang beberapa detik, Dita pun berkata lagi “Sampai akhirnya aku menemukan surat kecil ini dari orang tua kandungku yang telah tega membuangku. Ibu Ida pun kehabisan kata untuk menjawabnya, lalu mereka menangis berdua dan menyesali semuanya.
Namun, pada keesokan harinya Ida pergi ke sekolah, dia masih duduk di bangku SD kelas 6. Dia pun juga termasuk salah satu anak yang paling pintar di sekolahnya, dia adalah seorang anak yang cerdas. Dan karena kepintarannya akhirnya kepala sekolah mengirimkan dirinya di sebuah perlombaan Internasional yang diselenggarakan di Amerika. Tanpa berfikir panjang Dita pun langsung menyetujui hal tersebut yang akan diselenggarakan 3 hari lagi.
Setelah sepulang dari sekolahnya Dita pun giat dalam hal belajar, sampai dia lupa makan tetapi ibu Ida tetap menyiapkan makan untuk anak kesayangannya tersebut, Ibu Ida tak ingin mengganggu anaknya tersebut yang sedang asyik sekali belajarnya. Keesokan harinya tiba di saat dia harus berangkat karena perlombaan itu diselenggarakan besoknya lagi, kepala sekolah menyuruhnya cepat berangkat supaya nanti ada waktu istirahat untuknya.
Namun pada akhirnya Dita berangkat dan dia pamit kepada Ibu Ida dengan perasaan acuh tak acuh. “Aku berangkat, ikut perlombaan di Amerika.” ucap Dita. “Dengan siapa kamu sayang?” tanya Ibu Ida. “Udah, ibu tidak perlu bertanya lagi” jawab Dita. “Tapi anakku, baiklah hati-hati di jalan, do’a Ibu selalu menyertaimu sayang” ucap Ibu Ida sambil menangis. “Do’a Ibu tidak ada gunanya untukku,” jawab Dita sambil berlari ke depan jalan raya dan tiba-tiba mobil pun datang dan langsung menabraknya, Ibu Ida pun langsung berlari menghampiri anaknya tersebut dan menangis menjerit.
Para tetangga pun segera menghampirinya dan langsung membawanya ke rumah sakit. Mobil yang menabraknya itu pun lari. Setelah diperiksa ternyata dokter mengatakan bahwa Dita masih hidup meski kehilangan banyak darah tetapi matanya tidak bisa melihat seperti dulu (buta). Karena kasih sayang Ibu Ida sangatlah besar untuk Dita, Ibu Ida tidak ingin Dita sakit dan menderita, akhirnya Ibu Ida mendonorkan kedua matanya untuk anaknya.

Setelah menjalani operasi tersebut Dita pun mulai sembuh dan dia pun tersadar bahwa kenyataannya pengorbanan seorang Ibu itu tidak ada batasnya untuk anaknya, meskipun bukan ibu kandung sekalipun.
Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

UKK FPM FEBI Agendakan Program Tahunan Sebagai Wujud Realisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi

15 Agustus 2024 - 10:55 WIB

Pelaksanaan TDTL UKK FPM FEBI

Kuatkan Pemahaman Managemen Keuangan, KKN Posko 04 Tlagah adakan Seminar Ekonomi

6 Agustus 2024 - 10:41 WIB

Mahasiswa KKN posko 04 IAIN Madura di Desa Tlagah

PGMI Jadi Tuan Rumah Musyawarah Daerah ke- VI Ikatan Mahasiswa PGMI se- Indonesia

6 Agustus 2024 - 08:36 WIB

MUSDA IMPI JATIM Ke-VI di Aula Fakultas Tarbiyah

Pelantikan Pengurus HMPS MPI, Kaprodi: Peningkatan Prestasi Harus Diperhatikan

28 Juni 2024 - 14:50 WIB

Pelantikan Pengurus MPI 2024-2025

HMPS BKPI adakan pelantikan kepengurusan sekaligus seminar dalam membangun jiwa kepemimpinan

25 Juni 2024 - 05:19 WIB

Pelantikan HMPS BKPI Periode 2024-2025

Tak Disupport Kampus, Tim Futsal IAIN Madura Raih Juara Tingkat Provinsi

21 Februari 2024 - 06:34 WIB

Tim futsal UKOR
Trending di Kabar Kampus