Acitivita foto |
IAIN MADURA- Berangkat dari hobi dan keinginan untuk membahagiakan orang tua, mahasiswi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura, Uswatun Hasanah mampu menangkan berbagai macam kompetisi, baik tingkat kabupaten, provinsi, bahkan tingkat nasional. Sabtu, (03/11).
Hobi menulis menjadi salah satu alasan untuk membawa dirinya menekuni dunia kepenulisan. Sejak kelas I Madrasah Aliyah, Uswatun Hasanah sudah mulai menekuni dan bergelut dalam dunia tulis menulis.
Tepatnya semenjak bergabung dengan Forum Lingkar Pena (FLP) ranting Banyuanyar. Selain itu, yang memotivasi dirinya untuk menulis adalah keinginan untuk memiliki umur lebih panjang dari orang biasanya, yaitu dengan cara menulis. “karena orang yang menulis akan abadi,”tuturnya.
Rasa penasaran akan kemampuannya di bidang kepenulisan, membuat dirinya mencoba untuk mengikuti lomba menulis. Ia percaya kalau setiap orang pasti memiliki sesuatu yang berharga, “kita harus menggali sesuatu yang terpendam dalam diri kita,” ungkap mahasiswi semester 5 tersebut ketika di wawancara via WhatsApp Jumat malam kemarin.
Selanjutnya, Uswatun Hasanah mengatakan bahwa dirinya lahir dari keluarga yang kurang berada. Sehingga ia harus mampu membahagiakan orang tua dengan prestasi dan kemampuan yang dimiliki, “kalau bukan sekarang kapan lagi?” tambah mahasiswi yang akrab disapa Uunk.
Setelah menekuni bidang kepenulisan, Uswatun Hasanah mulai membuka wawasan baru dengan menekuni dunia Public Speaking. Lomba debat kebangsaan se-wilayah Pamekasan yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pamekasan merupakan lomba pertama yang diikuti pertama kali olehnya. Selain itu, banyak lomba yang diikuti oleh dirinya, seperti lomba orasi di kampus IAIN dan berhasil mendapat juara 1, lomba menulis essay mendapat juara 3. Kemudian mulai memberanikan diri mengikuti lomba debat se-Jawa dan Bali yang berhasil mendapat juara 3, dan mendapat juara 1 lomba Karya Tulis Ilmiah se-Madura. Terakhir, juara 1 lomba debat pendidikan tingakat mahasiswa se-Indonesia yang di selenggarakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beberapa hari yang lalu, sekarang lagi menggarap buku, “Mohon doanya,” jelas mahasiswi asal Waru Barat tersebut.
Dari sederet prestasi yang diperoleh, tentunya dia tidak mau merasakan manisnya keberhasilan seorang diri. Sering kali mahasiswi semester 5 ini mengisi kajian-kajian kecil, mengajarkan dan memotivasi teman-teman dan orang terdekatnya untuk menulis serta mengikuti kompetisi tanpa takut gagal, “Rencananya saya akan mengadakan kelas menulis,” tambahnya.
Mendapatkan banyak penghargaan, bukan berarti mahasiswi yang disapa Uunk ini tidak pernah merasakan pahitnya kegagalan. Bahkan jika dihitung, lebih banyak kegagalannya dari pada kejuaraannya. Namun, bagi dirinya kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Justru kegagalan menuntut seseorang untuk berbuat lebih.
Uswatun Hasanah menjelaskan bahwa, “Seseorang tidak boleh merasa puas terhadap prestasi yang telah diraih, teruslah kreasikan diri kita hingga mengetahui potensi yang terpendam di dalamnya,” jelasnya.
Dia memberikan pesan kepada para mahasiswa sebagai calon generasi bangsa, bahwa setiap orang harus mempunyai hal istimewa dalam hidupnya yang bisa bermanfaat bagi orang lain, “terus gali potensi dan bakat dalam diri kita, jangan pernah takut gagal. Mulailah dari hal terkecil,” ungkapnya.
Mengutip dari B.J. Habibie, ia mengatakan bahwa, Selagi masih muda untuk memperbanyak berlatih, jangan jadikan juara sebagai tujuan utama, yang penting pengalamannya, “Habiskan uang kita untuk mencari pengalaman” tandasnya.(Klmpk 6/paper)