Menu

Mode Gelap
HMPS Ekonomi Syari’ah Adakan Entrepreneurship Workshop Semarak Bulan Bahasa, HMPS TBIN Adakan Pemilihan Duta Bahasa Indonesia IAIN Madura Gelar Pisah Sambut Kabiro AUAK IAIN Madura Tidak Masuk 3 Besar Kampus Terbaik di Madura Versi Kemendikbudristek RI Dianggap Tidak Mendidik, Konten IMTV Mendapat Kritikan

Artikel · 15 Jul 2021 02:28 WIB ·

Urgensi Qasidah Burdah dalam Menghadapi Pagebluk


 Urgensi Qasidah Burdah dalam Menghadapi Pagebluk Perbesar

Ilustrasi berdoa (Shutterstock)

Oleh : Moh. Rifqi Hs

Wabah (penyakit menular) baik itu berupa virus dan lain sebagainya, kini semakin meraja lela dalam kehidupan masyarakat. Sehingga banyak masyarakat yang dalam seharinya itu meninggal dunia. Kejadian seperti ini, merupakan sebuah peringatan kepada semua umat manusia, karena perkembangan dunia sekarang yang sudah masuk di era akhir zaman membuat manusia banyak lupa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, banyak ulama yang menyeru kepada masyarakat untuk meningkatkan ibadahnya, baik berupa ritual dan spritual. 

Dalam pandangan ilmu at-tibb (kedokteran) wabah itu adalah sebuah penyakit yang menular. Seperti halnya yang telah dinyatakan oleh asy-Syaikh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab populernya yaitu at-Tibbu an-Nawawiyyu li Ibni Qayyim;

وَهُوَ كُلُ مَرَضٍ يَعُمُّ

“Wabah itu adalah semua penyakit yang menular.”

Ibnu Qayyim juga menjelaskan bahwa beberapa penyakit menular yang perlu diwaspadai oleh masyarakat yaitu tha’un. Menurut ahli kedokteran, tha’un  ini termasuk wabah (penyakit yang menular), yang mana kalau ada seseorang terpapar penyakit ini biasanya warna tubuhnya itu berubah menjadi hitam, hijau, atau abu-abu. Penyakit ini bisa membawa manusia dalam kematian. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang umat islam untuk memasuki suatu tempat yang ada wabahnya, dan jika ada seseorang yang berada di tempat itu dilarang keluar. Hal ini tentunya merupakan sebuah cara dalam mencegah penularan penyakit tersebut.

Dalam menghadapi situasi wabah seperti ini, perlunya kesadaran bagi khalayak masyarakat dalam bahayanya penularan penyakit tersebut, juga kesadaran tentang ibadahnya. Karena faktor utama munculnya wabah penyakit ini adalah suasana alam sekitar dan menurunnya pendekatan diri kepada Tuhan. Jadi, mencegah dari penularan dan menghindari penyakit adalah bentuk ikhtiar (upaya) untuk keselamatan semua umat. Tentunya jika berbicara tentang persoalan taqdir, kita sebagai makhluk juga berkewajiban dalam berusaha, dan taqdirlah yang menentukan semuanya. 

Membaca Qasidah Burdah merupakan amalan yang praktis dalam kehidupan masyarakat. Di balik itu, Qasidah ini berisi tentang pujian-pujian terhadap baginda Nabi Muhammad SAW., renungan jiwa, serta kejadian fenomena di masa kehidupan Rasulullah SAW., di antaranya maulidur rasul (kelahiran Rasulullah Saw.), peristiwa israk mikraj, dan lain-lain. Qasidah ini terdiri dari 160 bait, yang tersusun dengan dua larik. Adapun faedah dalam membacanya antara lain yaitu sebagai amaliah spritual dengan bertujuan untuk mengobati segala macam penyakit, ruhaniyyah maupun  jasmaniyyah, dan sebagai penolak bala’. 

Qasidah Burdah ini merupakan syair-syair indah yang ditulis oleh Asy-Syaikh Al-Bushiri. Qasidah ini sangat terkenal dan masyhur terutama di kalangan pesantren, karena sajak yang sangat indah dan menyentuh hati. Di balik itu, syair-syair yang ditulis oleh Al-Bushiri ini merupakan upaya beliau dalam memperoleh kesembuhan dari penyakit strokenya, yang kemudian beliau menyenandungkan syair-syair tersebut. Oleh karena itu, sangatlah relevan bilamana Qasidah ini direalisasikan oleh masyarakat dalam upaya meminta petolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memperoleh kesembuhan dari segala macam penyakit dan terhindar dari segala macam musibah, wabah dan bala’. 

Dalam kitab Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Matnil Burdah dijelaskan bahwa Al-Bushiri setelah selesai menulis bait-bait dan menyenandungkannya, tiba-tiba beliau lupa dan tertidur. Kemudian bermimpi dijumpai oleh Nabi Muhammad Saw. Al-Bushiri kemudian diusap wajahnya oleh Rasulullah Saw. dengan tangannya yang mulia, seraya memberikan burdah kepadanya. Setelah kejadian itu, Al-Bushiri sembuh dari penyakit strokenya dan dapat melanjutkan lagi senandung kasidahnya.

Adapun isi dari bait-bait Qasidah Burdah itu sendiri terdapat beberapa struktur yaitu terdapat pada bait (1-11) berisi tentang dorongan kecintaan beliau kepada Rasulullah Saw. yang kemudian disusun pujian-pujian pada bait (29-58), dan diiringi dengan pengakuan, penyesalan, harapan, dan doa pada bait (140-160). Selain itu, tentang mukjizat al-Qur’an pada bait (91-106), tentang mulianya kelahiran Nabi Muhammad Saw. pada bait (59-71), perisitiwa israk mikraj pada bait (107-117), dan tentang jihad Rasulullah Saw. dengan para sahabat pada bait (118-139). 

Qasidah ini tersusun dengan indah, sehingga yang membaca baik dengan lantunan lagu atau tidak dapat menyejukkan hati bagi yang membaca dan mendengarkannya. Masyarakat membacanya dalam berbagai macam praktek, ada yang membaca di dalam masjid, ada yang keliling desa dengan membawa obor, ada yang membacanya di rumah masing-masing, hal ini tentunya upaya mereka dalam bertawasul untuk selamat dari segala macam penyakit, musibah, wabah, dan bala’. Masyarakat berbondong-bondong setiap malamya, rela begadang untuk melantunkan bersama Qasidah Burdah yang indah dan menyejukkan jiwa ini. 

Tidak hanya itu, terdapat banyak ritual-ritual yang diterapkan oleh masyarakat dalam upaya meminta pertologan untuk kesembuhan dari penyakit baik yang menular atau tidak. Hal ini tentunya sangat membantu masyarakat untuk semakin meningkatkan ibadah mereka, baik ibadah ritual maupun spritual. Sakit memang termasuk takdir, akan tetapi syari’at Islam juga mengajarkan kepada umat untuk berusaha dalam kesembuhannya. Seperti yang telah dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw., yang kemudian dikonsep secara praktis oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya.

Akhirnya dari penulis, semoga tulisan ini bisa bermanfa’at bagi khalayak masyarakat. Karena perlunya kajian lebih mendalam lagi untuk semakin memperkuat keyakinan dan harapan serta ibadah masyarakat dalam masa pandemi ini. 

خُذْ مَا صَلَحَ وَ اْترُكْ مَا كَذَرَ

“ Ambillah yang baik, dan tinggalkan yang buruk.”

Semoga bermanfa’at, Amin ya Rabbal ‘alamin.

*Penulis merupakan mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Semester 2 dan juga anggota Magang LPM Activita Kelompok Penlis ” (Pena Idealis)

Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Dilema Pilihan Jodoh: Antara Harapan Orang Tua dan Kebebasan Anak

1 Oktober 2024 - 16:43 WIB

Pentingnya Friendly dalam Kehidupan Sehari-hari

29 September 2024 - 16:40 WIB

Peran Self Love dalam Mengatasi Insecure Perempuan

28 September 2024 - 13:37 WIB

Menghilangkan Rasa Tidak Percaya Diri dengan Mencintai Diri Sendiri

KAPASITAS PENDIDIKAN BAGI PEREMPUAN MADURA

27 September 2024 - 08:44 WIB

Kesetaraan Gender Perempuan Madura

Kesetaraan Gender dan Budaya Patriaki yang Tak Kunjung Lekang

24 September 2024 - 15:04 WIB

Kesetaraan Gender Perempuan Madura

IAIN Madura Tidak Masuk 3 Besar Kampus Terbaik di Madura Versi Kemendikbudristek RI

11 Oktober 2022 - 07:29 WIB

Trending di Artikel