INGIN
Aku mengagumimu tanpa puisi
sebab di matamu, puisi menari
dengan teduh mengayunkan kata
hingga rahim kelopakmu melahirkan cinta
di sana kagumku tumbuh dewasa
rasa ingin semakin yakin saja
hingga tak kujumpai lagi paragraf masa lalu
karena di hatiku, wajahmu candu
amsal hujan, kau dingin yang tenang
bulir-bulir air yang tak pernah melukai
karenamu sekujur hati basah
tak akan pernah mengering walau sebentar saja
Gapura, 2022
DI TERMINAL TRUNUJOYO
Laju bis tak lebih cepat
Dari basah hati yang pucat
Saat kau lambaikan tangan
Lalu menyusuri belukar kenangan
Aku memang tak ingin bertukar tangis
Khawatir wajahmu sesak oleh gerimis
Hanya diam-diam kurapalkan doa
Agar Tuhan senantiasa menyuguhimu cinta
Kita pun sama-sama menyusuri genangan di dada
Dan menjahit luka agar tak semakin menganga
Namun lepas di pertigaan kota,
Tangisku meringkuk hening
Melepasmu dengan hati dingin
Gapura, 2022
NYAEBU
tak ada maksud mengulang luka
atau menghidangkan lagi air mata
hanya saja agar kita saling pandang
sebelum menjelma tulang belulang
di sini kita sama-sama menjengkal usia
membentangkan kembali risau dan resah
sudahkah ada bekal untuk berpulang?
atau kosong melompong nyaris kerontang
kita mengantarkan lagi doa-doa
pada kerabat yang sudah tutup usia
agar dia tak pecah oleh kesunyian
dan kita mengetuk lagi pintu kenangan
Gapura, 2022
MAJANG
ikan-ikan adalah nasib
mengikuti ombak serupa larik
sampan-sampan yang bertuan
menadahkan doa pada Tuhan
tubuh nelayan mengakrabi lautan
dengan merangkul tabah yang kesekian
meski kemarau kerap bertukar terik
atau hujan menumpahkan dingin yang pelik
Gapura, 2022
UPACARA MELUPAKAN
aku merayakannya dengan girang
tanpa khawatir luka kembali datang
sebab segala bayang yang memekik hening
sudah tanggal, nyaris tanpa denting
kini kutata hati kembali
kunyalakan puisi di tepi-tepi sunyi
di ruang kosong yang sedikit sepi
tanpa riak, tak berpenghuni
dedoa menggoda ketenangan
Merekahkan kata-kata serupa harapan
hingga di dada, hujan-hujan reda
tenang, meski sedikit basah
Gapura, 2022