Dengan berkembangnya media pada dewasa ini, banyak memberikan dampak terhadap masyarkat pada umumnya. namun hal itu juga menjadi permasalahan baru terhadap masyarakat itu sendiri. Seperti halnya, dengan adanya penyebaran Hoax yang tidak terdeteksi di masyarakat. Parahnya lagi, masyarakat yang sudah terjebak Hoax juga berasal dari kaum terpelajar khususnya Mahasiswa. Dari situlah Mahasiswa yang tergabung dalam PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia) menjadikan hal itu perbincangat hangat dalam Acara MUKERNAS (Musyawarah Kerja Nasional) ke XII di Ponorogo.
Acara yang dikemas dengan Halfday Basis Workshop tersebut memunculkan tema “Hoax Busting and Digital Hygiene ” yang di isi langsung oleh Adly Simanjuntak dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Dalam acara tersebut, Ia mengajak peserta agar tidak terjebak dari yang namanya hoax. Namun Ia menekankan agar terlebih dahulu memahami antara dis-informasi dan mis-informasi. Dis-informasi merupakan informasi yang salah tapi tetap disebarkan, lalu orang yang menyebarkan tahu kalau informasi itu salah. Sementara mis-informasi merupakan informasi yang sebenarnya salah, namun orang yang menyebarkan menganggapnya benar. “Bila mahasiswa sudah memahami keduanya, maka dia tidak akan termakan yang namanya Hoax,” ungkapnya.
Ia juga menyinggung bahwa termakannya Hoax oleh masyarakat karena infomasi yang dibaca selalu sesuai dengan sikap yang dimiliki. Parrahnya lagi, sikap penetrasian yang sangat tinggi tersebut tidak di imbangi dengan sikap kritis, dan fasilitas yang mendukung.
Di akhir penyampainnya, ia memberikan tips untuk menangkal/memerangi Hoax. Diantaranya adalah:
Pertama, masyarakat harus Skeptis Cek dan recheck. artinya Ketika ada informasi masuk, masyarqkat tidak langsung percaya dan langsung mengeshare. Namun masih menyaring dengan melihat Alamat situs berita tersebut. Kalaupun masih ragu, maka perlu melakukan riset domaindata.com dengan membandingkan dengan situs yang resmi seperti kompas.com. intinya betul-betul difilter agar terhindar dari situs yang abal-abal.
Kedua, bila berbentuk visual seperti gambar, logo, atau suara harus diamati dengan detail agar terhindar dari Hoax tersebut.
Ketiga, Semisal website tersebut terdapat banyak iklan-iklan yang masuk, maka perlu kehatia-hatian karena dikhowatirkan situs tersebut hanya untuk menumpuk dan mengundang iklan.
Ke empat, memperhatikan ciri-ciri pakem media, lalu bandingkan dengan sejumlah pakem khusus jurnalistik yang mainstream.
Kelima, melihat About us. Hal ini sangat penting guna melihat detail dan kredibilitas penulis.
Keenam, Sensional. Artinya pembaca harus punya kekhowatiran/kecurigaan terhadap judul yang di angkat bila judul tersebut sangat bombastis dan dirasa hanya mencari sensasi dikalangan masyarakat.
Ketujuh, cek situs mainstream. Bila dirasa situs tersebut mainstream, cobalah mengecek informasi tersebut dengan situs mainstream lainnya. Apa informasi yang sama ada disana? Kalau ada, bacalah bagaimana situs mainstream melaporkan.
Ia juga menyampaikan bahwa tujuh cara tersebut masih satu cara untuk menangkal Hoax tersebut. “mungkin hal itu masih satu cara dari 1001 cara yang ada dalam menangkalnya,” turnya.
Untuk lebih hati-hat dalam menelusuri berita yang ditangkap oleh pembaca, ia juga menganjurkan untuk menverifikasi lokasi dengan Google Maps,Streat view ataupun Earth. Dan jika perlu juga melihat Google Reverse Image Research untuk menelusuri foto-foto yang menelusuri apakah foto tersebut diambil dari internit.
Dari adanya tips tersebut, nantinya diharapkan Masyarakat khususnya Mahasiswa tidak termakan ldengan HOAX itu sendiri. Dan juga memberikan arahan yang konstruktif sehingga peran Media sangat membantu dalam meningkatkan kreativitas kehidupan masyarakat itu sendiri.
*Penulis Merupakan Mahasiswa Prodi Bahasa Arab semester 3 yang saat ini menjadi pengurus LPM Activita