Menu

Mode Gelap
HMPS Ekonomi Syari’ah Adakan Entrepreneurship Workshop Semarak Bulan Bahasa, HMPS TBIN Adakan Pemilihan Duta Bahasa Indonesia IAIN Madura Gelar Pisah Sambut Kabiro AUAK IAIN Madura Tidak Masuk 3 Besar Kampus Terbaik di Madura Versi Kemendikbudristek RI Dianggap Tidak Mendidik, Konten IMTV Mendapat Kritikan

Resensi · 10 Mei 2020 15:15 WIB ·

Tips Menjadi Pribadi yang Berkualitas


 Tips Menjadi Pribadi yang Berkualitas Perbesar

Cover buku yang di resensi oleh penulis

Judul: Terapi Spiritual (Nasihat-Nasihat Sufistik Sang Bupati dalam Mengakrabkan Diri dengan Allah).
Penulis: A. Busyro Karim.
Editor: Muhammad Suhaidi. Penerbit: Muara Progresif. Cetakan: 1 Agustus 2018.
Tebal: viii + 148 halaman. ISBN: 978-602-51053-1-9.

Jika kita sedang berada di atas puncak gedung yang tinggi, duduk santai sambil menikmati seduhan kopi hangat, atau berdiri sekedar memandangi suasana keindahan malam yang langitnya dipenuhi gemerlap bintang-bintang, kita akan saksikan ribuan bahkan jutaan manusia yang berlalu lalang memenuhi jalan kota. Hiruk pikuk menggambarkan kesibukan aktivitas kehidupan mereka. Coba kita tanyakan, apa sebenarnya yang ada dalam benak manusia-manusia ini? Apakah mereka tidak berbeda dengan robot, atau pabrik, atau penggerak mesin kehidupan?

Dengan melihat suasana ini dapat membukakan kita kepada pintu renungan. Memusatkan pikiran dan hati agar dapat menyatu, dan membawa kita kepada medan tafakkur. Semakin dalam kita memasukinya, maka semakin luas cakrawala pengetahuan kita. Di sanalah kita akan bertemu dengan sebuah titik cahaya, yakni ilmu yang menunjukkan dan memperkenalkan kita akan adanya Allah dan segala keindahan ciptaan-Nya. Lalu kita akan menyimpulkan bahwa manusia tidak diciptakan oleh Allah melainkan untuk menyembah dan beribadah kepada-Nya.

Namun coba kita bertanya kepada diri sendiri, apakah di dalam dada kita ini ada Allah? ada Tuhan? Jangan-jangan kita ini direkonstruksi oleh kehidupan, dibalik oleh kehidupan, bahwa kita sedang berada dalam kegelapan mencari Tuhan. Padahal Tuhan tidak pernah hilang. Allah tidak pernah pergi dari kehidupan kita. Melainkan sebaliknya, kita yang lupa kepada-Nya, lalai daripada-Nya, dan bahkan tidak merasakan kehadiran-Nya.

Seringkali kesibukan dalam memenuhi aktivitas kehidupan membuat kita lalai dari mengingat Allah. Bahkan ironisnya lagi, manusia lebih mementingkan dunianya daripada beribadah. Memang, manusia diperintah oleh Allah untuk mencari penghidupan, bertebaran di bumi menjemput rezeki, dan dituntut untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Namun masih saja banyak di antara kita yang terlalu berlebih-lebihan sehingga melalaikan kita dari meningat Tuhan. Padahal, kunci hidup bahagia adalah memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani secara seimbang.

Begitupun sebaliknya. Sebab, setinggi apapun jabatan yang diraih dan sebesar apapun harta yang dimiliki, tanpa kembali kepada Allah, tidak akan mampu memberikan ketenangan hati. Satu-satunya obat mujarab dalam hati yang sakit adalah secara istiqamah dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Inilah salah satu untaian nasihat dari penulis buku ini. Sebuah nasihat yang penuh hikmah, yang mampu membuka pintu hati manusia dan membuka pintu rasa syukur kepada Allah yang tiada habisnya.

Dalam buku terbitan Muara Progresif ini, Busyro menyadarkan kita betapa besar nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Baik berupa nikmat Islam, iman, rezeki, dan yang nikmat-nikmat lainnya. Buku ini memberikan inspirasi kepada pembaca dalam meningkatkan keimanan kepada Allah swt. dan mengingatkan kepada kita bahwa hidup ini bersifat sementara dan kelak kita akan kembali kepada Allah. Nasihat-nasihat penulis dikupas dalam rangkaian sub pembahasan yang mengandung hikmah serta diiringi oleh untaian-untaian mendalam Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandary.

Sub-sub pembahasan yang dikupas oleh Busyro berjalan secara sistematis layaknya tangga kehidupan. Tangga ini yang kemudian dikenal dengan istilah maqam dalam ilmu tasawuf. Busyro memulainya dengan tingkatan paling awal dalam mendekatkan diri kepada Allah yakni memperkenalkannya dengan sikap tawadhu’. Tentu sifat ini memberikan tamparan keras bagi kita bahwa manusia memang seharusnya merendahkan diri kepada Allah. merendah dengan serendah-rendahnya bahwa kita hanyalah hamba yang lemah dan tak berdaya, tanpa bantuan dari-Nya. Dengan begitu, kita akan menyadari bahwa tidak ada yang perlu kita sombongkan di dunia ini.

Salah satu hal yang menarik dalam buku ini adalah penulis memberikan salah satu cerita yang diangkat dari seorang ilmuwan terkenal bernama Maurice Bucaille. Orang yang pernah membaca buku Bible, Quran, dan Sains Modern tentunya tidak akan merasa asing dengan sosok ini. Maurice yang mengaku mendapatkan hidayah Islam berawal dari tugas yang diberikan kepadanya untuk melakukan kajian ilmiah berupa penelitian terhadap jasad Fir’aun yang masih utuh sebagaimana yang telah tertuang dalam QS. Yunûs [10]: 92. Ia kemudian menyiapkan laporan akhir dengan judul “Les Momies des Pharaons et la Midecine” (Mumi Fir’aun; Sebuah Penelitian Medis Modern) (hlm. 15).

Atas tugas yang diembannya itulah membuat ia berpikir keras terhadap penelitian yang telah dilakukannya hingga membuat ia memeluk Islam. Contoh di atas menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan dapat menjadi petunjuk seseorang untuk beriman kepada Allah. Dengan sajian cerita seperti yang telah disebutkan di atas, buku ini bukan hanya memberikan cara-cara mendekatkan diri pada Allah tetapi juga membuka wawasan baru tentang ilmu pengetahuan. Sebuah buku yang pantas mendapatkan apresiasi.

Nasihat-nasihat sufistik yang penulis sampaikan dalam bukunya ini membuat pembaca akan lebih mengenal tangga-tangga kehidupan yang harus ditempuh satu per satu dalam mendekatkan diri kepada Allah yang meliputi mujahadah, muhasabah, mufatahah, mu’aqabah, muwajahah, mu’ahadah, muraqabah, ridhallah, mahabbatullah, khauf dan raja’, dzikrullah, sitrullah, husnudzdzan billah, jalan menjadi pribadi saleh serta tips membentuk jiwa yang kuat lahir dan batin.

 Di tengah hingar bingar kehidupan dunia yang terus berjalan dinamis, dengan sekian problematika yang terjadi, kehadiran buku ini bagaikan obat mujarab dalam menghadapi tantangan zaman dan mengobati hati yang luka. Mengingat bahwa kehidupan yang penuh dengan berbagai permasalahan, hasrat memenuhi ajakan hawa nafsu, ambisi untuk menguasai dunia, dan semacamnya tidak hanya bisa diselesaikan dengan cara dzahiriyah, tetapi juga dengan cara bathiniyah, sebagaimana nasihat-nasihat yang disampaikan oleh penulis dalam setiap pembahasannya, bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah ketika seseorang mampu menjadi hamba Allah yang sejati.

Buku setebal 148 halaman ini dikemas dengan bahasa yang sedehana dan cocok untuk semua kalangan, baik bagi orang yang baru belajar agama, bahkan bagi orang yang sudah berilmu tinggi. Begitupun juga bagi orang yang sedang dilanda kegelisahan buku ini cocok sebagai bahan renungan. Bahasanya yang mudah dimengerti dan tidak bertele-tele membuat pembaca tidak cepat merasa bosan. Dengan demikian, buku ini memberikan kita pelajaran bagaimana cara menjalani hidup yang seimbang, menjadi hamba Allah yang berkualitas, agar dapat terus menerus meningkatkan keimanan kita kepada Allah swt.

Selamat membaca!

Identitas Penulis

Nama: Imroatun Jamilah
Alamat: Jl. Mangkubumi, Polagan, Sampang
Prodi: Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Semester: 4
Fakultas: Ushuluddin dan Dakwah
Kampus: IAIN Madura
Email: imroatun_jmlcintarosul@yahoo.com
HP: 085231473969

Artikel ini telah dibaca 19 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

117 MENIT, SUDUT PANDANG FILM DALAM MENGHARDIKAN SIKSA KUBUR

3 Agustus 2024 - 04:14 WIB

Perjalanan Seorang Mahasiswa

30 April 2020 - 01:24 WIB

Trending di Resensi