Pasang muka candid: Foto bersama usai penutupan DJTD 2018 |
Assalamualaikum, Le’-ale’ LPM Activita.
Apa kabar, Le’? Puji Tuhan, kemarin, kalian sudah resmi menjadi anggota LPM Activita. Kemarin, dengan lantang, panitia mengumumkan kelulusan kalian menjadi kru-kru pers kampus. Tidak sekadar lulus secara administratif, Le’, saya harap itu adalah kesempatan kalian untuk menjelajahi kampus, menikmati kelap-kelip dinamika dalam setiap lembaran hari yang baru. Baik atau tidak kelap-kelip itu, menjadi tugas kalianlah untuk menguaknya. Kuncinya, jangan takut!
Le’, jika boleh tahu, gimana perasaan kalian setelah selesai DJTD; legakah karena tidak ada lagi tugas? Galaukah karena akan jarang ketemu gebetan? Atau, biasa-biasa saja? Adakah, barangkali, di antara kalian, yang merasa kebingungan, “mau ngapain setelah DJTD?”, “lalu program apa yang ditawarkan LPM Activita agar aku bisa menulis?”, “cuma membuat berita saja setiap hari, apa gunanya?” atau, “males sekali buat berita setiap hari, lagian apa manfaatnya coba?”
Le’, Demi Dzat yang saya ada dalam kekuasaan-Nya, semoga pertanyaan-pertanyaan itu tak pernah terlintas di benak kalian. Jujur, bahkan dalam diri saya, sempat terbesit pertanyaan itu, yang kemudian mengantarkan saya pada pintu penyesalan karena terlalu berpikir sederhana. Maka, Le’, surat ini sengaja saya jahit khusus untuk kalian, agar kalian selamat dari yang namanya penyesalan. Bacalah hingga selesai, renungi, amalkan jika benar. Males baca tulisan panjang? Jika iya, maka LPM Activita bukan tempat kalian. Adalah fardhu ‘ain bagi setiap kru pers Activita untuk suka membaca, karena dengan itu keterampilan menulis mengemuka, dengan sendirinya. Jika tidak suka baca, lalu tak bisa menulis, pergi sajalah ke laut!
Ale’-ale’ sekalian…
Dua tahun lalu, saya bergabung di pers Activita. Waktu itu sudah semester 3, karena ketika semester 1 terlambat untuk mendaftar. Motivasi saya ketika itu bukanlah ingin tahu menulis, melainkan karena Pembina LPM Activita adalah dosen kesukaan saya. Tentu, Pembina yang sebelumnya, yang tidak perlu saya sebutkan siapa. Jika mau tahu itu siapa, tanya saja kepada Kak Izal, atau bahkan ke Kak Gafur. Penting saya utarakan, Le’, saat gabung ke LPM Activita, saya adalah penyuka non-fiksi, dan anti samasekali dengan karya yang bernuansa fiksi. Berita, sebagai produk utama LPM Activita, tidak saya sukai. Apalagi untuk menjadi seorang wartawan, bahkan, ini sudah saya ceritakan pada sebagian kalian, bahwa saya diminta membuat berita namun yang terjadi adalah opini. Benar-benar malang ketika itu. Serius, Le’.
Jangan jadi seperti saya, Le’.
Ketika selesai DJTD, saya tak maksimal melakukan tugas harian di Vita Pos. Saya masih ingat betul, soal kepenulisan berita, saya banyak (ingin) belajar ke teman kelompok; di antaranya Baiturrahman dan Uswatun Hasanah (Uunk). Dibanding mereka, saya terpaut jauh di bawah. Baitur sangat bisa membuat berita karena intensitasnya di LPM Activita, bahkan ketika itu sebagai Redaktur Pelaksana buletin Vita Pos, sedangkan Uunk kala itu sudah aktif menulis di beberapa media pers online.
Namun begitulah saya, Le’. Berulang kali memperhatikan mereka menulis berita, saya tetap tidak bisa. Rasanya setiap kali menulis berita, yang jadi adalah opini. Entahlah. Hari berlanjut, tibalah kelompok saya menerbitkan buletin Mitra. Karena tiadanya intensitas, saya pun tidak menyumbangkan karya apa-apa. Tidak hanya itu, sampai tiba waktunya DJTL, menulis berita belumlah saya mampu. Padahal ketika itu pembelajaran meningkat ke berita investigasi, sedang membuat straight news pun saya masih amatiran. Ah, mungkin inilah implikasinya, ketika saya tidak pernah ada di LPM Activita, kecuali ketika sedang berlangsung sebuah momen acara. Menyebalkan!
Hingga tiba waktunya keadaan menuntut saya wajib bisa menulis berita, Le’.
Ketika itu, disebabkan finansial, saya memaksakan diri gabung ke Majalah Warta, majalah humas kampus. mau atau tidak, saya harus bergelut dengan pemberitaan. Mungkin, teman-teman ketika itu berkomentar itu keren, asyik, dan sebagainya, karena mereka tidak pernah tahu alasan saya bergabung di dalamnya, dan saya pun enggan menceritakannya. Keadaanlah yang memaksa saya harus mencintai berita, Le’, lalu dengan gembira melambai dengan sedikit lembaran uang, yang, jujur, nilainya tak seberapa.
Saya mungkin belajar banyak hal dari pekerjaan tersebut, Le’. Saya dipaksa menjadi wartawan kampus, meskipun, saya akui, penyesalan terbesar adalah kenapa tidak sejak dulu intens di LPM Activita, sehingga perihal membuat berita kemudian tak lagi menjadi kendala. Yang jelas jangan sampai penyesalan juga terjadi pada kalian. Caranya adalah: intensiflah di LPM Activita! Kuncinya ada di kalian, dan di pundak kalianlah masa depan Activita, baik naik menukik, atau menurun mati suri.
Jangan jadi seperti saya, Le’.
Sedikit sekali pengabdian saya pada “pers” kampus, karena harus aktif di “humas” kampus. Sementara senior menyarankan saya tidak melakukan itu, namun apa boleh buat, keadaanlah yang menuntut saya melakukannya. Saya juga bingung, ketika suatu waktu saya harus bersikap idealis, namun di waktu yang lain, sikap pragmatis juga merupakan pilihan yang tak boleh tidak dikerjakan. Satu pesan saya, jika keadaan yang sama menuntut kalian, yang terpenting untuk dijaga keberadaannya adalah idealisme itu sendiri. Itulah ruh mahasiswa, Le’, dan itu ada dalam diri wartawan. Teman-teman bilang, “ketika mulut dibungkam, maka penalah yang berbicara.” Jika idealisme adalah kemurnian, maka adakah yang lebih suci dari itu, Le’?
Aktiflah di LPM Activita. Kalian, di satu sisi, dibutuhkan, tetapi dalam tataran yang lebih krusial justru kalian lebih membutuhkan Activita, karena dengan itu kalian akan menempa masa depan. Jangan menunggu waktu menuntut kalian menjadi seperti yang seharusnya. Investasikan segala potensi sedini mungkin. Jangan jadi seperti saya, yang bisa dibilang aktif di Activita di batas-batas akhir masa kuliah, di mana seharusnya itu dilakukan sedari awal. Maka sebelum terlambat, berproseslah dengan maksimal. Bauktikan bahwa Activita memanglah Unit Kegiatan Khusus (UKK), dengan kader yang eksklusif.
Setahun terakhir Activita memberi saya amanah berat, yakni menjadi Redaktur Pelaksana, sebelum akhirnya menjadi Pemimpin Redaksi majalahnya. Bayangkan, Le’, apa yang saya miliki ketika itu, sehingga amanah itu disematkan. Ketidakmaksimalan kinerja saya pahami betul, dan amat saya sesali, tetapi bagaimana pun itu mungkin bisa menjadi pengabdian terakhir yang tersuguhkan sebelum saya lulus, melangkahkan kaki dari Activita. Apa yang tidak sempurna kemudian saya harapkan akan mendulang kesempurnaan di era kalian.
Le’, saya sangat berharap, Activita sempurna dengan identitasnya yang tajam, kritis, tidak takut melawan arus, dan menyampaikan kebenaran di sekitar kampus, terlepas dari apa pun kendalanya. Jika bukan Activita, siapa lagi yang mau berjuang dengan pena? Media luar tidak jarang hanya menjadi bumbu penyedap serta tabir dari ketidakbenaran yang terjadi. Pekalah! Beranilah! Enyahkan jika merongrong marwah keadilan. Siapapun itu!
Kalian, Le’, adalah kader harapan Activita.
Jangan sungkan berkomunikasi, konsultasi tentang persoalan yang terjadi, jika itu ternyata menjadi kendala dari setiap program yang kalian canangkan. Generasi emas lahir dari Activita ini, seghingga sangatlah tidak perlu kalian khawatir dengan output pers ini. Kalian punya Kak Jamal, Kak Ari, Kak Hasib, Kak Gafur, Kak Syahid Mujtahidy, kak Izal dan sebagainya, yang sudah mumpuni di bidangnya masing-masing. Dengan segala keterbatasan, jika dibutuhkan, saya pun akan siap membantu, tentu dengan kemampuan yang saya miliki. Seberapa kecil pun itu.
Seberapa banyak pengalaman dari Activita, itulah personifikasi output kalian. Teruslah menulis, dengan cara banyak membaca. Bangkitkan semangat juang dengan pena itu, jika memang dirasa kurang segar keadaannya di hari ini. Sekadar itu yang ingin saya sampaikan. Begitulah, lulus DJTD, berarti beban pikul kalian bertambah, demi progresivitas Activita, atau sama sekali tidak bertambah, jika kalian ingin Activita terpinggirkan. Tirulah jejak senior kalian yang sudah concern di media luar, sebagai cermin penyemangat dalam proses kalian. Jadi, begitulah. Jangan jadi seperti saya, Le’, tetapi jadilah seperti para gugusan bintang yang siap membuat Activita terang benderang melalui segala rupa kesuksesan. Sekian. Wassalam.
Salam Pers Mahasiswa!!!