![]() |
Action : Penulis saat dalam bus |
Roda-roda bus menapaki takdir
Meniarapi rindu yang semakin getir
Kebisingan rusaknya moral, politisasi agama, rasisme yang diskriminatif
Ah, sudahlah! Nikmati perjalanan saja
Sambil sesekali tersenyum mendengar “telolet” dari abang supir.
Lampu merah,
Berhenti sejenak
Ya, setidaknya minum air secukupnya
Sebelum bus kembali berjalan menuju harapan, menuju kota yang dirindukan
Menuju keringat asin petani garam.
Para penumpang di sisiku
Di belakangku
Di depanku
Mau kemana mereka?
Merantau kah? Atau pulang?
Entahlah, Aku pun belum mengenalnya.
Sumenep, apa kabar?
Program visit yang dibanggakan
Tanpa prospek nyata tersuguhkan
Investor penggenggam lahan
Sudah hilang atau tambah parah?
Bus ini membawaku pada pertanyaan itu
Meski aku tak pernah memesannya.
Dan suaranya, tetap saja sama
Seperti pertama aku menaikinya bersama ayah, beberapa tahun yang lalu
Terlalu klise, bukan?