Menu

Mode Gelap
HMPS Ekonomi Syari’ah Adakan Entrepreneurship Workshop Semarak Bulan Bahasa, HMPS TBIN Adakan Pemilihan Duta Bahasa Indonesia IAIN Madura Gelar Pisah Sambut Kabiro AUAK IAIN Madura Tidak Masuk 3 Besar Kampus Terbaik di Madura Versi Kemendikbudristek RI Dianggap Tidak Mendidik, Konten IMTV Mendapat Kritikan

opini · 17 Apr 2025 05:21 WIB ·

Potret Pemuda Milenial; Ambisi Tanpa Batas, Kepedulian yang Terbatas


 Foto by: Rafli Firmansyah/unsplash Perbesar

Foto by: Rafli Firmansyah/unsplash

Activita.co.id- Pemuda milenial menjadi topik utama dalam berbagai diskusi perubahan sosial, ekonomi dan budaya dalam beberapa tahun terakhir ini. Mereka dikenal sebagai generasi yang penuh semangat, memiliki impian besar, dan terhubung dengan dunia melalui teknologi. Namun, di balik ambisi yang tinggi ini, terdapat kenyataan yang cukup ironis; kurangnya perhatian terhadap masalah-masalah sosial yang lebih luas. Hal ini membuat gambaran tentang pemuda milenial menjadi cukup rumit.

Ambisi pemuda milenial terlihat jelas dari cara mereka mengejar karier dan impian. Di tengah persaingan global yang ketat, mereka berusaha keras untuk meraih kesuksesan. Media sosial, tuntutan ekonomi, dan persaingan yang tinggi sering menjadi pendorong utama. Jika generasi sebelumnya lebih mengutamakan stabilitas, milenial lebih suka berinovasi dan berani mengambil risiko.

Namun, ambisi besar ini juga membawa dampak negatif. Banyak pemuda terjebak dalam gaya hidup konsumtif dan materialistis. Mereka merasa harus memenuhi standar kesuksesan yang masyarakat tetapkan, sehingga melupakan pentingnya kepedulian terhadap sesama dan menimbulkan perilaku individualistis. Contohnya, budaya ‘selfie’ yang marak di media sosial menjadi tren di kalangan pemuda milenial, di mana banyak dari mereka lebih fokus menampilkan diri daripada membahas atau berkontribusi terhadap masalah sosial.

Meskipun banyak milenial mengaku peduli terhadap isu-isu seperti perubahan iklim, keadilan sosial, dan hak asasi manusia, tindakan nyata yang mereka lakukan sering kali tidak sebanding dengan apa yang mereka ucapkan. Banyak dari mereka lebih memilih mengomentari isu-isu tersebut di media sosial daripada terlibat langsung dalam kegiatan yang dapat membawa perubahan. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah mereka benar-benar peduli atau hanya sekadar mengikuti tren?

Pemuda milenial hidup di era digital, di mana mereka dapat memperoleh segala sesuatu dengan cepat. Sayangnya, budaya serba instan ini menyebabkan banyak dari mereka cenderung menghindari komitmen jangka panjang, termasuk dalam kepedulian sosial. Mereka lebih memilih untuk fokus pada pencapaian pribadi daripada terlibat dalam perubahan sosial yang membutuhkan waktu dan usaha.

Di balik kekurangannya, pemuda milenial memiliki potensi luar biasa. Dengan akses informasi yang luas dan koneksi global, mereka dapat menjadi agen perubahan yang berpengaruh. Mereka bisa menggunakan kemajuan teknologi yang tersedia, seperti memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan kesadaran dan mengorganisasi gerakan kepedulian sosial. Namun, potensi ini sering terhambat oleh kurangnya pemahaman mendalam terhadap isu-isu yang mereka angkat.

Pendidikan memegang peranan penting dalam menghubungkan ambisi dan kepedulian. Dengan pendidikan yang tepat, pemuda milenial dapat belajar mengejar impian sekaligus memahami tanggung jawab sosial. Kurikulum yang mengajarkan kewarganegaraan, etika, dan kepemimpinan sosial dapat membantu membentuk pola pikir yang lebih seimbang.

Selain itu, kolaborasi antara perusahaan dan masyarakat sipil juga dapat mendorong keterlibatan pemuda dalam isu-isu sosial. Melalui proyek sosial, pemuda dapat merasakan langsung dampak positif dari tindakan mereka, yang sekaligus mendukung ambisi pribadi mereka. Jadi, dapat disimpulkan bahwa era modern memang menghadirkan banyak tantangan bagi pemuda milenial.

Namun, tantangan ini juga membuka peluang besar. Jika mereka dapat menggabungkan ambisi dengan kepedulian sosial, pemuda milenial memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan positif di masyarakat. Dengan mengambil langkah nyata untuk berkontribusi, mereka tidak hanya akan meraih kesuksesan pribadi, tetapi juga meninggalkan warisan yang berarti bagi generasi mendatang.

Pada akhirnya, keseimbangan antara ambisi dan kepedulian akan menjadi kunci dalam membangun dunia yang lebih baik dan berkelanjutan. Pemuda milenial yang berkualitas adalah mereka yang mampu membawa perubahan positif bagi lingkungannya. (Hasby/Acitivita)

Artikel ini telah dibaca 69 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Paradoks Sunyi di Tengah Kebisingan Kelas: Saat Suara Tak Selalu Tanda Mahasiswa Sedang Belajar

24 Juni 2025 - 08:57 WIB

Gambar Oleh: Art Institute of Chicago/Unsplash

Organisasi Mahasiswa, Antara Wadah Pembinaan atau Ajang Perebutan Kekuasaan

11 Juni 2025 - 22:23 WIB

Foto By: Pyae Sone Htun/unsplash

Hari Buruh Nasional: Peringatan yang Semakin Kehilangan Makna

1 Mei 2025 - 14:33 WIB

Foto By: Mufid Majnun/unsplash

Refleksi Hari Kartini: Antara Sejarah dan Tantangan Perempuan Masa Kini

21 April 2025 - 11:51 WIB

Peringatan Hari kartini By : fahmi/activita

Stop Gugup, Mulai 7 Trik Bicara agar Audiens Melek & Fokus!

13 April 2025 - 09:18 WIB

Foto by: Herlambang Tinasih Gusti/unsplash

Wi-Fi yang Kurang Lancar, Hambatan Serius bagi Mahasiswa IAIN Madura

18 Maret 2025 - 05:19 WIB

Trending di Kabar Kampus