Activita.co.id- Mejalani dan mencoba mengikhlaskan sesuatu yang sudah hampir mendarah daging bagi kita, hingga muncul kebiasaan dalam memimpin dalam terus berkomitmen pada jabatan yang dinpangku selama ini. Sehingga, muncullah masa-masa pensiun seperti saat ini, untuk sebagian orang ada yang mengatakan bahwa hal itu bisa diwarnai dengan berbagai macam cara ada yang menyambutnya dengan riang gembira karena merdeka dari pekerjaan dan jabatan yang selama ini dipertanggung jawabkan pada dirinya. Kebiasaan berkontribusi aktif terhadap organisasi yang di embankan kepadanya. Namun hal ini, tidak banyak karyawan atau pemimpin yang sudah pensiun merasa kebingungan akan apa yang dikerjakan pasca pensiun atau dalam organisasi pasca demisioner. sehingga muncul pertanyaan, bagaimana cara pemimpin yang sudah purna dari jabatannya bisa mengkoordinasikan dirinya sendiri untuk tidak selalu memikirkan sesuatu yang telah dibebankannya pada dia dahulu. Demisioner yang mempunyai integritas adalah demisioner yang mempunyai sumbangsih dan kontribusi sekecil apapun kepada organisasi yang dia pimpin dahulu.
Masa pensiun sering kali direspon dengan nada negatif, tidak menyenangkan bahkan ada yang merasa itu satu hal yang menakutkan, bahkan banyak yang terserang post power syndrome, yaitu syndrome yang bersumber dari berakhirnya suatu jabatan atau kekuasaan, dimana penderita tidak bisa berfikir realistis, tidak bisa menerima kenyataan bahwa sekarang sudah tidak menjabat lagi, bukan karyawan lagi dan sudah pensiun demisioner, Sehingga dalam. Pemikiran seorang pemimpin yang sudah demisioner harus mempunyai nilai atau value yang dapat direpresentasikan di lingkungan masyarakat dan pendidikan.
Post Power Syndrome banyak sekali dialami oleh mereka yang baru saja turun dari jabatan , merasa dirinya masih punya kedudukan dan tak siap menerima getirnya kehidupan pasca pensiun. Sehingga, dalam memunculkan dinamika yang terstruktur dalam mencetak generasi yang unggul di masa depan harus melewati alumni yang berkualitas dan mempunyai moralitas di hadapan bawahan-bawahannya.
Pada prinsipnya orang yang mengidap penyakit Post Power Syndrome ini tidak bisa memaksimalkan apa yang telah diberikan selama dia menjabat lalu dengan alasan masih cinta dan peduli ia kembali lagi ke pekerjaan atau jabatan yang seharusnya bukan tanggung jawabnya lagi untuk menghidupi lagi kedudukannya.
Pesan moralnya ialah jika kita diberi tanggung jawab untuk menjabat sebagai seorang karyawan maka maksimalkan peranmu itu untuk menjaga stabilitas personal di kehidupan yang akan datang dan jangan sampai ketidak puasanmu itu muncul setelah wewenang tersebut dicabut dari kita lalu kita tidak siap untuk menerima kenyataan bahwa itu sudah bukan dunia kita lagi tapi milik orang lain setelah kita. (Zamzami Syandana/Presma 2023-2024)