Menu

Mode Gelap
HMPS Ekonomi Syari’ah Adakan Entrepreneurship Workshop Semarak Bulan Bahasa, HMPS TBIN Adakan Pemilihan Duta Bahasa Indonesia IAIN Madura Gelar Pisah Sambut Kabiro AUAK IAIN Madura Tidak Masuk 3 Besar Kampus Terbaik di Madura Versi Kemendikbudristek RI Dianggap Tidak Mendidik, Konten IMTV Mendapat Kritikan

News · 3 Mar 2020 10:46 WIB ·

Peri Sandi: Untuk Memperkokoh Bahasa Persatuan, Dibutuhkan Peran Kesusastraan


 Peri Sandi: Untuk Memperkokoh Bahasa Persatuan, Dibutuhkan Peran Kesusastraan Perbesar

Suasana saat seminar berlangsung

Activita- Peri Sandi Huizche sebagai aktor sekaligus penyair Indonesia menjadi narasumber dalam  seminar kebahasaan yang diadakan oleh Program Studi (Prodi) Tadris Bahasa Indonesia (TBIN) bersama Sangat Mahendra penyair Madura dengan tema “Memperkokoh Bahasa Persatuan Melalui Kesusastraan” di Auditorium Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura, Selasa (03/03/20).

Sastrawan yang berdomisili di Solo ini menjelaskan, Bahasa Indonesia dari zaman kolonial hingga milenial banyak mengalami pergeseran makna. “Jika dulu Bahasa Indonesia dijadikan alat untuk merebut dan melegitimasi kemerdekaan, maka kini Bahasa Indonesia kerapkali dijadikan sebagai alat politis dengan membohongi banyak masyarakat,” paparnya.

Dia  mengatakan, fenomena masalah kebahasaan juga meliputi masyarakat Indonesia adalah perbedaan antara bahasa ibu (daerah) satu dengan bahasa ibu yang lain. “Semisal di Solo, masyarakat di daerah itu mengatakan bahwa bahasa daerahnya yang paling halus dibanding dengan bahasa daerah di Jawa yang lain,” ungkap pria yang lahir di Sukabumi ini.

Peri Sandi menghimbau, jangan sampai ada klaim bahasa dari kebudayaan lain lebih rendah dibanding dengan bahasa daerah tertentu. “Jangan sampai ada klaim seperti itu. Karena kita memiliki bahasa persatuan, yaitu Bahasa Indonesia,” himbau aktor yang merangkap sebagai peneliti kebudayaan ini.

Lebih lanjut dia mengatakan, untuk memperkokoh bahasa persatuan dibutuhkan peran kesusastraan. “Bahasa Indonesia bukan hanya sebagai alat komunikasi yang berpatok pada teks, tetapi perlu dipandang dari perspektif kesusastraan yang juga menghadirkan rasa. Sehingga rasa persatuan dalam masyarakat lebih terasa,” imbuhnya.

Selaras dengan itu, Sangat Mahendra sebagai narasumber kedua dalam seminar ini mengatakan, Bahasa ibu tidak bisa dipisahkan dengan Bahasa Indonesia. “Meski dalam perspektif masyarakat, Bahasa Indonesia adalah bahasa yang adi luhur, tidak dapat dipungkiri bahwa Bahasa yang tercipta dari kultur etnik merupakan jembatan untuk memahami Bahasa Indonesia dengan baik,” ungkap sutradara penyair ini. (El, Mel)

Artikel ini telah dibaca 36 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Mahasiswa KKN Posko 04 UIN Madura Hadiri Kajian PR IPNU-IPPNU Tambung, Optimis Rangkul Berbagai Pihak dalam Satu Frame

7 Juli 2025 - 19:35 WIB

KKN UIN Madura 2025 Posko 4 Desa Tambung

Dua Mahasiswa UIN Madura Sumbang Perunggu untuk Pamekasan di Porprov Jatim IX Cabor Futsal

5 Juli 2025 - 19:49 WIB

Tim Futsal Pamekasan Porprov Jatim 2025

Pelantikan Ormawa FEBI UIN Madura; Awal Kepemimpinan, Simbol Kolaborasi

2 Juli 2025 - 12:23 WIB

Pelantikan ORMAWA FEBI/Rois

FLDP UIN Madura 2025: Dari Kampus ke Kancah Internasional

19 Juni 2025 - 15:11 WIB

FLDP UIN Madura 2025/freepik

Mahasiswa KPI UIN Madura Angkatan 2023 Gelar Pameran dan Lomba Fotografi di Pamekasan

18 Juni 2025 - 04:42 WIB

Comphos KPI 23/andi

Mahasiswa TBIN dan PIAUD UIN Madura Gelar Pentas Seni “Laghu Aksara”

13 Juni 2025 - 09:52 WIB

Pentas Seni Kolaborasi
Trending di Kabar Kampus