Hidup mewah berkecamuk dalam suka rela
Mengusung nama dengan senyum dan keringat cinta
Sebagai pejuang tanpa pamrih dan hujanan puja
Meskipun mencipta pekat hidup bagi yang terhimpit derita
Kesejukan sebagai jalan telah dibuka
Dengan segala ucapan setia
Menjadi budak para petinggi
Lalu senang menyulam bulan di ujung gigi
Derita yang bergejolak dalam hati mereka
Diikat paksa dengan tali tidak bermanusia
Pembodohan dan kekangan menjadi pergulatan warna
Dihujat gaungan serigala bertaring penuh bisah
Ini sebetulnya untuk kebanggaan bersama
Anda harus rela mengorbankan luka sebagai tanda cinta
Demi tubuh semerbak wangi
Tak apalah jika derita anda sebagai syarat paling murni
Kalau tubuh ingin cemerlang dan indah
Belilah sabun, parfum, baju bagus, sarung, celana dan kopyah baru
Dengan hasil keringat tubuh
Agar tubuhmu suci dari berak anjing yang menempel
Bukan dari senyum yang dirampas dengan senjata pangkat
Mereka tertawa di atas kubangan luka
Demi tubuh indah berhias permata
Dan mata garang mengkilap serupa parang
Siap menerkam dengan telanjang
Ayolah sadar
Ini buat kita semua
Apabila kau tak bersama seirama
Jangan salah dengan sikap yang tidak semestinya
Ah,
Benarkah aku pemimpin
Benarkah kami perduli
Lalu orang tua berucap
“Sudahlah nak, ini politik, tak kenal bulan apalagi badai, mereka banyak hutang, pengen makan, dan kamu ini tahu apa nak, diamlah kalau kamu ingin selamat”
Ini apa lagi,
Kami semakin bosan dalam menjalani kehidupan
Dan terdiamlah dengan segala bentuk siasat buram
Semakin menderita dengan luka yang mengeram
Semakin tertawa dan tersenyum
Semakin busuk sebelum ranum
Pamekasan, 2018