Activita.co.id – Saya tidak tahu persis alasan kenapa kalian memutuskan untuk menjadi mahasiswa, mungkin karena ingin meneruskan jenjang pendidikan, membuka peluang untuk mendapat pekerjaan yang lebih layak, tuntutan orang tua atau hal lain yang belum saya sebutkan. Tapi kalian sudah disini, lulus pendaftaran, tercatat sebagai mahasiswa sebuah perguruan tinggi, dan telah selesai mengikuti Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) beberapa hari lalu. Semuanya sudah selesai, kalian berhasil melaluinya. Seharusnya kalian berbangga diri atau juga boleh bersedih, karena jalan panjang menjadi mahasiswa sedang duduk di seberang sana, menunggu kalian dengan senyum getir; jalan yang tidak pernah mudah. Tapi biar kita urai pelan-pelan dunia mahasiswa yang penuh warna warni ini, hitam putih di lain sisi, terhubung melalui warna tak jelas, buram dan sedikit kelabu.
Adakah yang bertanya, kenapa di hari pertama mahasiswa menginjakkan kakinya di kampus, spanduk banner telah berderet-deret menyambut, dari ujung ke ujung, berkibar-kibar dengan warna mencolok, berjejer dengan berbagai macam ukuran? Siapa orang-orang dalam banner dengan ucapan selamat datang itu? Kenapa kalian harus disambut demikian? Tidak adakah banner yang dengan sukarela menyambut kalian tanpa memperkenalkan diri dari instasi mana banner itu dicetak? Jadi apa tujuan dari spanduk-spanduk ini? menyambut atau memperkenalkan diri? Jawabannya sederhana, karena mahasiswa baru berjalan tanpa peta dan kompas, maka spanduk-spanduk itu bertujuan memberikan arah jalan dan tujuan (yang belum tentu ingin kalian tempuh). Tapi bukan itu poin pentingnya. Poinnya adalah kenapa mahasiswa baru disambut dan dilepas dengan sedemikian meriah?
Mari kita coba menjawab pertanyaan terakhir dengan langkah gontai. Mahasiswa baru akan dihadapkan dengan berbagai problematika baru di dunia kampus, problematika yang mungkin tidak pernah kalian temui sebelumnya. Pada bulan-bulan pertama menjadi mahasiswa, hal pertama yang akan kalian hadapi adalah penyesuaian lingkungan hidup. Penyesuaian ini bukan hanya pada lingkungan kos, asrama atau pondok pesantren, tapi lebih luas dari itu pada dunia baru dimana kalian memiliki kebebasan yang belum pernah kalian miliki sebelumnya, kebebasan untuk mengenal banyak orang, kebebasan untuk menjangkau banyak hal, kebebasan untuk menemui hal-hal baru. Pada tahap ini kebebasan akan menjadi sesuatu yang rancu ketika kalian juga kebingungan mencari dimana batas-batas dari kebebasan tersebut. Maka jalan keluarnya adalah bertanya pada berbagai pihak yang bisa kalian jangkau. Disinilah peluang senior mengambil peran, di tengah kebebasan dan kebingungan yang kalian hadapi, senior-senior ini hadir untuk menjelaskan cara mengerjakan tugas, nama gedung, fungsi dan seluruh penghuninya, menjelaskan secara rinci perjalanan dan pengalamannya selama di kampus dengan kata pengantar “Ngopi nanti malam, Lek,” atau hadir dengan segala kesigapannya untuk memberi bantuan antar-jemput ke sudut kota manapun yang kalian mau.
Tidak semua senior memiliki tujuan buruk, beberapa justru memang dengan sukarela memberi bimbingan, menjaga dan melindungi dari berbagai macam ujian dan godaan. Namun jumlahnya tidak banyak, kalaupun ada jarang bisa ditemui. Karena itu sikap waspada dan perasaan was-was memang perlu dirawat, sekadarnya, tak perlu berlebihan juga. Sudah semestinya mahasiswa mampu mengandalkan nalar dan mengasah kepekaan untuk menerka kepentingan orang lain agar tidak mudah disetir sana-sini, terombang-ambing di tengah hiruk-pikuk dunia kampus.
Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan membentengi diri dengan pengetahuan. Orang-orang yang memiliki pengetahuan yang cukup biasanya punya dasar untuk melakukan penolakan dan keberanian untuk membantah sesuatu yang menurut mereka janggal dan patut diwaspadai. Selain itu, pengetahuan biasanya menumbuhkan naluri yang tajam kepada pemiliknya, sehingga sulit untuk dipengaruhi oleh hal-hal yang remeh-temeh. Namun setiap pengetahuan selalu memiliki ruang untuk kembali dipersoalkan ulang kebenarannya. Karena itu ruang diskusi tetap diperlukan untuk menemukan kebenaran bukan untuk menentukan siapa pemenangnya.
Pada tahap kedua, kalian akan dihadapkan dengan berbagai macam organisasi mahasiswa dengan daya tarik mereka masing-masing. Kekeliruan yang sering terjadi, mahasiswa baru akan kebingungan seolah-olah harus memilih untuk menjadi organisatoris atau akademis, seakan-akan dengan memilih salah satunya harus meninggalkan sisi yang lain. Padahal keduanya bisa dilakukan secara bersamaan. Menyelesaikan tanggung jawab akademik adalah sebuah kewajiban, tapi hal ini tidak cukup, upaya membangun relasi yang luas, pengembangan potensi diri, perluasan pengetahuan yang tidak terbatas pada prodi serta pengalaman manajemen konflik perlu dilakukan di ruang organisasi. Yang menjadi titik tumpunya adalah organisasi yang dipilih harus berdasarkan pertimbangan pribadi, analisis kemampuan diri serta impact jangka panjang. Jangan menyandarkan keputusan pribadi pada pertimbangan orang lain, apalagi senioritas yang datang dengan embel-embel pengayoman jangan panjang.
Perlu disadari oleh tiap mahasiswa baru bahwa mahasiswa harus memiliki dasar pengetahuan yang kuat, kemauan untuk terus melakukan evaluasi, setelah itu temukan jalan kalian. Jalan dimana kalian tidak dimanfaatkan oleh kepentingan pribadi berbagai pihak. Organisasi kemahasiswaan selalu siap membuka jalan untuk memberi bimbingan dan arahan, namun yang paling penting temukan organisasi kemahasiswaan yang memberikan impact jangka panjang yang jelas, yang bersih dari polusi kepentingan semata. Karena hal-hal inilah kalian perlu disambut dan dilepas dengan meriah. Karena kalian telah menjadi bagian dari kami, tapi juga bukan milik siapa-siapa. Sekali lagi, selamat menjadi mahasiswa, perayaan penyambutannya sudah selesai, hati-hati karena di sepanjang jalan selalu ada yang siap sedia menjadi pahlawan (dengan berbagai kepentingan).
Salam Pers Mahasiswa!!!!