Di pagi buta seperti ini aku harus berkutat di dapur untuk membantu ibu membuat beberapa kue yang akan dititipkan ke beberapa toko langganan. Bahkan bisa kulihat melalui jendela kecil yang berada di dapur, suasana di luar masih sangat sepi. Mungkin para tetangga masih asik dengan mimpi mereka masing-masing.
Setelah semua kue selesai dan tertata rapi di masing-masing box, aku bergegas untuk mandi dan berganti seragam sekolah. Sebelum menuju sekolah, aku mampir terlebih dahulu untuk mengantarkan kue yang sudah ku buat tadi pagi dan juga mengambil uang kue kemarin.
Aku bersenandung pelan sambil berjalan menuju sekolah yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Waktu berjalan semakin cepat tapi aku belum juga sampai ke sekolah. Aku hanya membawa uang lima ribu, untuk naik angkutan umum pasti kurang.
Sudah ku duga aku akan telat, dan ya dugaan ku benar. Aku sekarang berdiri didepan tiang bendera sambil berpanas-panasan. Bagi sebagian murid, membolos pelajaran merupakan hal yang biasa. Tapi untukku, ini akan jadi yang pertama dan terakhir.
Setelah tadi hukuman selesai, salah satu temanku mengatakan bahwa aku dipanggil pihak Tata Uusaha sekolah untuk ke ruangannya.
“Assalamu’alaikum, ada apa ya bu memanggil saya?” ucapku
“Duduk dulu nak”
Aku pun duduk di kursi yang sudah disediakan.
“Begini nak, kamu sudah menunggak pembayaran selama 3 bulan” ujar Bu Tini selaku TU di sekolahku. Aku hanya menunduk, bingung mau bicara apa karna memang itu benar adanya. Selama tiga bulan itu aku belum membayar sama sekali karena ayah sakit dan juga dagangan yang mulai sepi.
” Maaf sebelumnya bu, saya memang belum bisa membayar” jawabku lirih.
“Ibu mengerti keadaan mu nak, maka dari itu ibu memanggilmu karna besok akan diadakan seleksi beasiswa bagi murid yang berprestasi, mungkin saja kamu minat dengan itu” ucap Bu Tini sambil menyerahkan brosur beasiswa kepadaku.
“Terimakasih bu, saya akan daftar beasiswa ini bu” ucapku semangat. “Semoga kamu diterima” ujar Bu Tini. Karna tidak ada yang dibicarakan lagi, Bu Tini mempersilahkanku untuk keluar.
Selama dua minggu ini aku disibukkan dengan berkas-berkas yang akan aku serahkan ke kepala sekolah. Bukan hanya aku saja yang tertarik dengan beasiswa ini melainkan masih banyak sekali siswa dan siswi yang ingin mendapatkannya. Tak ada yang tau kalau aku mendaftar kecuali Bu Tini, bahkan aku belum memberi tahu kedua orang tuaku.
Selama dua bulan aku menjalani berbagai macam tes, dari tes lisan sampai tes tulis. Sekarang hari penentuan yang akan dipasang di mading sekolah. Tepat jam istirahat siswa dan siswi berlarian menuju ke arah mading sekolah. Aku masih berada di kelas, menunggu sepi saja.
Banyak sekali nama-nama yang berjejer rapi disana, dan namaku tepat di urutan ke dua dengan keterangan bahwa aku lulus seleksi dan mendapatkan beasiswa. Air mata haru menetes membasahi pipi. Ya Allah terimakasih atas semuanya. Memang benar, apapun keadannya jika kita mau berusaha pasti semua pasti akan terjadi dan usaha tidak akan menghianati hasil. (Aprilliana Nurmala Sari/Activita)