IAIN Madura- mencicipi banyak kegagalan, bukan menjadi penghalang bagi mahasiswa Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial (Prodi TIPS) semester 7 untuk terus menekuni dunia kepenulisan. Sabtu, (24/11).
Sebelum menekuni dunia kepenulisan, Moh. Faiq mahasiswa TIPS semester 7 memulai pengalamannya dengan diskusi dan membaca buku yang berkaitan dengan diskusi. Setelah itu, melihat banyaknya tulisan yang terkenal di Indonesia yang banyak bermanfaat bagi pembaca, maka ia mulai menyukai dunia tulis menulis.
Mahasiswa yang akrab disapa Faiq tersebut memaparkan, bahwa yang paling membuat ia terus menekuni kepenulisan adalah banyaknya dukungan dari orang-orang terdekat, seperti keluarga, ketua Prodi, dosen, dan teman-teman. Selain itu, gambaran para penulis yang telah berhasil meraih kesuksesan dan menebarkan banyak manfaat bagi masyarakat, seperti A.S Laksana, penulis di kolom-kolom media koran seperti Jawa Pos, dan Gunawan Muhammad, seorang penyair sekaligus pencetus koran tempo, juga menjadi salah satu motivasi terbesarnya untuk terus menulis, “Saya ingin seperti mereka,” ungkapnya.
Ia mulai mengikuti event kepenulisan sejak duduk di Madrasah Aliyah. Pada waktu itu, berhasil meraih juara 2 dalam event Lomba Karya Tulis Ilmiyah (LKTI) yang diadakan oleh Pondok Pesantren Banyuanyar. Selama kuliah, juga ada beberapa event kepenulisan yang diikuti. Namun, jika dihitung antara yang gagal dan lolos, lebih banyak gagalnya. Akan tetapi hal tersebut tidak mematahkan semangatnya untuk terus menekuni dunia kepenulisan. Terakhir, tanggal 23 November kemarin ia berhasil masuk kategori 20 tulisan terbaik dalam Call for Essay yang diadakan oleh Univesitas Gajah Mada Yogyakarta.
Untuk terus menekuni hobinya, selain mengikuti event kepenulisan, mahasiswa semester 7 tersebut terus meluangkan waktunya untuk menulis diblog pribadinya. Saat ini, juga aktif di majalah Prodi TIPS sebagai Pimpinan Umum Majalah Sosialita.
Dia juga menyarankan kepada mahasiswa yang mengalami kegagalan, sebaiknya janganlah menyerah, terus maju jika memang betul-betul ingin menulis, karena kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Bahkan, bagi dirinya pembelajaran paling efektif yakni ketika bisa mengambil ilmu, teori, dan konsep atas kegagalan-kegagalan yang dialami, “Hasil bukanlah tolak ukur, yang terpenting adalah perjuangan yang ditempuhnya, imbuhnya.” (tri,fav)