Menghidupkan Musik Tradisional
Perbesar
STAIN Pamekasan – Musik itu merupakan salah satu bentuk seni, kekayaan yang lahir tumbuh dan berkembang di masyarakat, khususnya musik-musik tradisi. Karena menyadari bahwamusik tradisional merupakan jati diri bangsa, maka Unit Kegiatan Mahasiswa Musik (UKM Musik) mengadakan seminar bertajuk “Eksistensi Musik Tradisional Madura”. UKM Musik menyadari keberadaan musik yang sangat penting. Untuk itu mereka mengajak mahasiswa untuk mengenal kembali tentang musik tradisional melalui seminar ini.
Firmansyah, pemateri dalam seminar ini menyampaikan, keberadaan musik sangat penting untuk dihadirkan, baik itu sebagai media dakwah ataupun media hiburan maupun untuk kepentingan yang lain. Yang perlu ditekankan, seni itu seperti pedang bermata dua, tergantung yang menggunakan.
Musik bisa dijadikan sebagai alat untuk kemungkaran, atau alat menuju kebaikan. Kesenian, baik itu seni musik maupun kesenian yang lain juga bisa menjadi media dakwah yang sangat efektif, seperti halnya yang dilakukan oleh seniman-seniman di Indonesia. Ia mencontohkan sunan kalijaga yang menjadikan tradisi sebagai media dakwah, dan itu sangat efektif. Bimbo menjadikan seni musik dan lagu sebagai media dakwahnya. Lalu ada Emha Ainun Najib yang menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui kiai kanjengnya. Termasuk hadrah yang juga bisa dipakai sebagai media dakwah.
Terkait dengan kepedulian pemuda Madura terhadap kesenian dan musik tradisional, Firman menyadari bahwa hal tersebut masih perlu kita tingkatkan. “Sebenarnya tidak hanya di madura. Anak muda sekarang mulai asing dengan seni-seni tradisi yang kita miliki. Mereka cenderung lebih meminati seni modern yang berasal dari barat,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, sudah merupakan tugas kita semua untk mengembalikan seni tradisi sebagai jati diri, khususnya bagi anak muda. Pemateri menilai kegiatan seminar seperti ini merupakan salah satu upaya dari UKM Musik untuk menghidupkan kembali seni musik tradisional di kalangan generasi muda.
“Dulu pernah ada ketoprak humor yang mengangkat seni tradisi ketoprak menjadi lebih dinamis sehingga lebih diminati oleh generasi muda, dan hasilnya cukup bagus. Dan disitulah pentingnya rekreasi, jadi me kreasi kembali seni-seni tradisi itu sesua dengan kebutuhan masyarakat kita, tanpa harus meninggalkan nilai2 aslinya. Artinya pakem tetap kita jaga, karena itu adalah identitas, ciri khas, keunikan. Tetapi perlu adanya pengemasan yang menarik,” paparnya.
Seni itu membutuhkan kreatifitas. Tanpa kreatifitas tidak akan lahir karya seni. Karena itu aktifitas ukm musik merupakan bagian dari upaya menumbuhkan kreativitas anak-anak muda, khususnya mahasiswa STAIN Pamekasan yang mempunyai minat di bidang seni musik.
Untuk menghidupkan seni tradisi, menurut pemateri perlu dukungan dari dunia pendidikan dan adanya political wheel, agar lembaga pendidikan dari tingkat SD bahkan sampai perguruan tinggi mengenalkan seni musik tradisional kepada anak didik. Pemahaman dan pengenalan terhadap seni tradisional harus dilakukan sejak dini. “Kalau di jawa saja sejak dini anak sudah bersentuhan dengan gamelan. Kenapa kita tidak?” tambahnya.
Ia juga mengungkapkan, sekarang banyak orang dari negara lain yang mempelajari seni-seni tradisional Indonesia. Ada yang mempelajari sinden, karawitan, musik daul, tarian Madura, dan kesenian lain yang kita miliki. Ironisnya, kita sebagai pemilik sah kesenian tidak mau belajar dan tidak terpanggil untuk mengenalkan seni tradisi ke generasi muda.
“Kita lihat jepang. Ia bertahan dengan nilai-nilai tradisi dan kebudayaannya. Dan itu mampu mengangkat Jepang sebagai negara yang sangat kuat dari sisi ilmu pengetahuan, teknologi dan ekonomi. Jepang juga kuat dari sisi kebudayaan, begitu pun China dan Korea Selatan. Dan itu mengentarkan mereka menjadi negara yang maju,” pungkasnya.
(SNJ)
Artikel ini telah dibaca 7 kali
Menghidupkan Musik Tradisional
Perbesar
STAIN Pamekasan – Musik itu merupakan salah satu bentuk seni, kekayaan yang lahir tumbuh dan berkembang di masyarakat, khususnya musik-musik tradisi. Karena menyadari bahwamusik tradisional merupakan jati diri bangsa, maka Unit Kegiatan Mahasiswa Musik (UKM Musik) mengadakan seminar bertajuk “Eksistensi Musik Tradisional Madura”. UKM Musik menyadari keberadaan musik yang sangat penting. Untuk itu mereka mengajak mahasiswa untuk mengenal kembali tentang musik tradisional melalui seminar ini.
Firmansyah, pemateri dalam seminar ini menyampaikan, keberadaan musik sangat penting untuk dihadirkan, baik itu sebagai media dakwah ataupun media hiburan maupun untuk kepentingan yang lain. Yang perlu ditekankan, seni itu seperti pedang bermata dua, tergantung yang menggunakan.
Musik bisa dijadikan sebagai alat untuk kemungkaran, atau alat menuju kebaikan. Kesenian, baik itu seni musik maupun kesenian yang lain juga bisa menjadi media dakwah yang sangat efektif, seperti halnya yang dilakukan oleh seniman-seniman di Indonesia. Ia mencontohkan sunan kalijaga yang menjadikan tradisi sebagai media dakwah, dan itu sangat efektif. Bimbo menjadikan seni musik dan lagu sebagai media dakwahnya. Lalu ada Emha Ainun Najib yang menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui kiai kanjengnya. Termasuk hadrah yang juga bisa dipakai sebagai media dakwah.
Terkait dengan kepedulian pemuda Madura terhadap kesenian dan musik tradisional, Firman menyadari bahwa hal tersebut masih perlu kita tingkatkan. “Sebenarnya tidak hanya di madura. Anak muda sekarang mulai asing dengan seni-seni tradisi yang kita miliki. Mereka cenderung lebih meminati seni modern yang berasal dari barat,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, sudah merupakan tugas kita semua untk mengembalikan seni tradisi sebagai jati diri, khususnya bagi anak muda. Pemateri menilai kegiatan seminar seperti ini merupakan salah satu upaya dari UKM Musik untuk menghidupkan kembali seni musik tradisional di kalangan generasi muda.
“Dulu pernah ada ketoprak humor yang mengangkat seni tradisi ketoprak menjadi lebih dinamis sehingga lebih diminati oleh generasi muda, dan hasilnya cukup bagus. Dan disitulah pentingnya rekreasi, jadi me kreasi kembali seni-seni tradisi itu sesua dengan kebutuhan masyarakat kita, tanpa harus meninggalkan nilai2 aslinya. Artinya pakem tetap kita jaga, karena itu adalah identitas, ciri khas, keunikan. Tetapi perlu adanya pengemasan yang menarik,” paparnya.
Seni itu membutuhkan kreatifitas. Tanpa kreatifitas tidak akan lahir karya seni. Karena itu aktifitas ukm musik merupakan bagian dari upaya menumbuhkan kreativitas anak-anak muda, khususnya mahasiswa STAIN Pamekasan yang mempunyai minat di bidang seni musik.
Untuk menghidupkan seni tradisi, menurut pemateri perlu dukungan dari dunia pendidikan dan adanya political wheel, agar lembaga pendidikan dari tingkat SD bahkan sampai perguruan tinggi mengenalkan seni musik tradisional kepada anak didik. Pemahaman dan pengenalan terhadap seni tradisional harus dilakukan sejak dini. “Kalau di jawa saja sejak dini anak sudah bersentuhan dengan gamelan. Kenapa kita tidak?” tambahnya.
Ia juga mengungkapkan, sekarang banyak orang dari negara lain yang mempelajari seni-seni tradisional Indonesia. Ada yang mempelajari sinden, karawitan, musik daul, tarian Madura, dan kesenian lain yang kita miliki. Ironisnya, kita sebagai pemilik sah kesenian tidak mau belajar dan tidak terpanggil untuk mengenalkan seni tradisi ke generasi muda.
“Kita lihat jepang. Ia bertahan dengan nilai-nilai tradisi dan kebudayaannya. Dan itu mampu mengangkat Jepang sebagai negara yang sangat kuat dari sisi ilmu pengetahuan, teknologi dan ekonomi. Jepang juga kuat dari sisi kebudayaan, begitu pun China dan Korea Selatan. Dan itu mengentarkan mereka menjadi negara yang maju,” pungkasnya.
(SNJ)
Artikel ini telah dibaca 0 kali
Baca Lainnya
Trending di Liputan Khusus