2 Foto Gedung F tanpa Pintu |
Tangan menari lincah diatas garis batas
Bercumbu dengan manisnya rentan pemikiran
Sesekali mengecup lembut tirai wawasan
Adu pandang tak terelakkan
Menambah kesan romantisme kaum cendekiawan
Hei, kami kaum cendikiawan!
Lihatlah betapa pilu kayu didepan sana
Berderit, mencicit hingga akhirnya bungkam tanpa suara
Ah, malang sekali nasibnya, bak benalu tak bermutu..
Legalitas menjadi prioritas
Fasilitas seakan berjalan bebas tanpa rasionalitas
Kenyamanan berganti kegeraman.
Kewajiban mana yang tak kami tuai?
Pelanggaran fatal mana yang telah kami lakukan?
Sehingga menutup telinga pera petinggi
diantara empat tahun bertahannya pintu tanpa revisi. (Maiza/Activita)