Penulis : Junaidi (Mahasiswa HKI/2) |
Maraknya penyebaran Virus Corona yang biasa disebut Covid-19 mampu menggemparkan dunia. Hal ini bisa kita lihat dengan maraknya isu-isu hangat yang membuat gelisah masyarakat di belahan dunia. Sehingga dengan penyebaran Virus tersebut banyak aktivitas-aktivitas masyarakat dihentikan. Bahkan negara Indonesia sendiri menerapkan lockdown sebagai upaya pencegahan meluasnya Virus tersebut. Pemerintah mewajibkan agar masyarakat tetap waspada dengan cara menghindari kerumunan masa dan tidak membuat kegiatan yang sekiranya melibatkan banyak orang.
Dampak buruk dari adanya virus tersebut tidak hanya dirasakan masyarakat kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan semacamnya, namun hal ini juga menjadi ancaman buruk terhadap kota-kota kecil seperti kabupataen-kabupaten yang ada di pulau madura. Dengan kehawatiran yang cukup tinggi, tidak sedikit instansi mengambil tindakan antisipatif untuk mencegah menyebarnya virus tersebut. Bahkan sejak tanggal 16 Maret kemaren ada beberapa kampus yang memilih untuk mengganti kuliah tatap muka menjadi kuliah mandiri dengan sistem online khususnya di IAIN Madura. tentu, upaya ini diambil agar penyebaran virus tersebut tidak semakin meluas.
Kuliah online menjadi pilihan di beberapa kampus yang ada di lndonesia. Sistem kuliah yang biasanya dilakukan secara tatap muka diganti dengan sistem kecanggihan teknologi. Dalam menjalankan sistem ini banyak jalur yang diambil, seperti membuat group WhattApp, Memakai Google Classroom, Zoom Cloud Meeting, dan semacamnya. Sehingga hal tersebut menuntut mahasiswa untuk untuk terus update dan selalu online di jam biasa (kelas offline). Selain mahasiswa dituntut untuk menyiapkan kouta paket yang cukup besar, dikarenakan kebutuhan yang dijalani melebihi dari kebutuhan biasanya, ia juga dituntut agar Handphone yang dipakai mempunyai kapasitas penyimpanan yang cukup tinggi, sebab dia harus banyak menginstal aplikasi tambahan.
Hampir sepekan lebih adanya sistem kuliah online ini dijalankan, hal ini tidak akan pernah lepas dari namanya kontroversial. Dari sistem yang dijalankan banyak keluhan dan juga dampak kurang baik yang dirasakan mahasiswa. Mulai dari keluhan menghabiskan banyak kouta, kuliah kurang efektif, dosen terlalu menekan terhadap mahasiswa dengan mewajibkan beberapa tugas di setiap pertemuan. Hal ini sangat menjadi beban bagi setiap mahasiswa.
Di samping itu, kuliah tidak efektif bukan hanya masalah yang timbul dari mahasiswa saja, melainkan juga dari dosen Seperti yang terjadi dikelas penulis. kala itu, dosen hanya nge-share materi tanpa memberikan penjelasan yang ringkas lalu memberikan tugas mandiri kepada mahasiswa. Selain itu, ketika presentasi online manakala mahasiswa menyampaikan isi makalah ada beberapa dosen yang tidak mendengarkan voice ataupun video yang disampaikan mahasiswa. Buktinya di akhir kuliah, ketika moderator memasrahkan kembali kepada dosen untuk memberikan clossing statetment, malah dosennya mau mendengarkan ulang apa yang disampaikan mahasiswa. Hal ini menjadi problem besar yang perlu dipecahkan dan harus dicarikan solusi menengah agar hal tersebut tidak menimbulkan kerugian besar.
Dari adanya kontroversi tersebut, harusnya pihak kampus sendiri mengambil sebuah tindakan untuk membendung semua permasalahan yang terjadi. Setidaknya pihak kampus memberikan fasilitas yang dapat menggantikan terhadap kenikmatan fasilitas mahasiswa yang didapatkan pada saat perkuliahan secara langsung . Agar mahasiswa tidak mempermasalahkan adanya fungsi UKT yang sudah dibayar.
Selain itu para dosen juga harus lebih kreatif dalam menjalan siatem kuliah online tersebut, agar kesan yang didapat mahasiswa terhadap dosen tersebut tidak hanya memberikan beban tugas semata.