LPM ACTIVITA STAIN Pamekasan Seriusi Sistem Kaderisasi
Perbesar
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) STAIN Pamekasan tidak pernah main-main dalam hal pengkaderan. Selama ini sistem kaderisasi yang diterapkannya betul-betul diseriusi. Kader-kader yang bakal berproses di dalamnya bukanlah mahasiswa-mahasiswa sembarangan. Tak ayal, pers mahasiswa di kampus ternama itu menjadi ikon yang disegani di Madura.
Jumat (2/12) pagi, bertempat di Auditorium Utama STAIN Pamekasan, LPM Activita menggelar seminar Pers Mahasiswa. Seminar yang bertemakan “Mempertegas Kembali Urgensi Jurnalistik di Kalangan Mahasiswa Demi Terciptanya Revolusi” ini diikuti oleh puluhan mahasiswa serta para ketua organisasi intra kampus seperti ketua Himpunan Mahasiswa Syariah, Himpunan Mahasiswa Tarbiyah, Ikatan Qori’ dan Da’i Mahasiswa, dan sebagainya.
Seminar yang mendatangkan penyaji dari salah satu kontributor NU Online Pamekasan, Hairul Anam, ini merupakan rangkaian awal dari pelaksanaan pelatihan jurnalistik dasar. Mengacu pada jadwal yang dibuat panitia, pelatihan tersebut bakal berlangsung selama 3 hari berturut-turut.
Menurut ketua panitia yang juga pengurus LPM Acitivita, Muhsinuddin, pelatihan tersebut merupakan bagian dari sistem kaderisasi yang biasa diterapkan oleh LPM Activita.
“Tahun-tahun sebelumnya, kami memang menggelar pelatihan seperti ini sebagai upaya menjaring kader-kader yang bisa berproses secara baik di LPM Activita nantinya,” ungkap pemuda yang dikenal sebagai Lay Outer andalan Pamekasan itu.
Sistem pelatihan saat ini, lanjut Muhsinuddin yang biasa dipanggil Esa, lebih ketat dibanding pelatihan-pelatihan sebelumnya. Format pelatihan dan peserta yang bisa ikut di dalamnya sudah melalui tahap pengujian.
“Format pelatihan berlandaskan pada hasil konfirmasi kami dengan Thabri Syaifullah Munir (Jurnalis tersohor asal Sumenep, red.). Sedangkan peserta yang berhak ikut ialah mereka yang sudah melalui jalur seleksi ketat dari para panitia,” tegasnya.
Dari hasil penelusuran NU Online, peserta yang mendaftar pelatihan tersebut mencapai 52 orang. Tetapi yang lolos seleksi ialah 30 orang. Mereka diuji dengan menyetorkan Artikel dan wawancara secara mendalam dari pengurus LPM Activita.
“Saya sangat berharap, sistem kaderisasi yang cukup ketat ini dapat melahirkan insan pers yang tak pernah menyerah terhadap keadaan,” kata ketua LPM Activita, Fathorrahman saat ditemui di Aula STAIN.
Dalam seminar itu, di samping memaparkan selayang pandang sejarah Pers Mahasiswa Indonesia, penyaji juga menyoroti pers mahasiswa yang ada di Madura. Setidaknya, terdapat 4 tantangan yang dihadari oleh pers mahasiswa di Madura.
Pertama, regenerasi yang cepat. Dalam pers mahasiswa, periode kepengurusannya hanya 1 tahun, belum termasuk dengan liburan kampus. Sehingga, normalnya hanya sekitar 8 bulan. Kondisi demikian tentu saja menuntut kepiawaian pengurus untuk melakukan proses kaderisasi dengan baik dan juga cepat. Selain itu, perkembangan mahasiswa yang terlalu mementingkan nilai akademis juga turut menghambat perkembangan pers kampus ini. Ketatnya SKS kian menambah runyam permasalahan.
Kedua, dana yang pas-pasan. Sebagaimana mafhum, “hidup-matinya” pers mahasiswa amat ditentukan oleh ketersediaan dana dari kampus. Ketersediaan dana ini juga erat kaitannya dengan penyediaan fasilitas penerbitan seperti recorder, kamera, komputer, dan lainnya. Seringkali, gagalnya penerbitan terjadi lantaran memang dana dari kampus tidak dicairkan dan fasilitas ke-pers-an amat kurang memadai.
Ketiga, keberadaan pers mahasiswa masih hanya bersifat lokal, cenderung memberitakan hal-hal yang ada di sekitarnya saja. Dalam hal ini perlu dibentuk jejaring pers mahasiswa, khususnya di Madura untuk saling membagi dan melengkapi informasi di daerah masing-masing.
Keempat, terkait dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang telah menjadikan dunia ini tak berbatas (borderless world). Di mana, Global village sebagaimana pernah diimpikan Mc Luhan telah benar-benar menjadi kenyataan. Dalam posisi ini, pers mahasiswa juga mesti memanfaatkan media internet sebagai medium guna mempertahankan eksistensinya. Dengan demikian, melalui internet, pers mahasiswa bisa menyiasati minimnya dana dari kampus serta dapat memperluas jangkauannya agar bisa lebih “mengglobal”.
“Tantangan-tantangan tersebut harus dihadapi dan dicarikan solusinya oleh aktivis pers mahasiswa agar eksistensi pers mahasiswa dapat terus dipertahankan. Untuk selanjutnya, pers mahasiswa tidak sekadar “ada” tetapi juga mampu menjadi pers alternatif; corong kepentingan rakyat dan benar-benar menjadi media efektif dalam memerjuangkan idealisme mahasiswa sebagai agent of change, agent of knowledge or ideas, dan agent of social control,” tegas Hairul Anam yang pernah menjadi ketua LPM Instika itu.
Artikel ini telah dibaca 4 kali
LPM ACTIVITA STAIN Pamekasan Seriusi Sistem Kaderisasi
Perbesar
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) STAIN Pamekasan tidak pernah main-main dalam hal pengkaderan. Selama ini sistem kaderisasi yang diterapkannya betul-betul diseriusi. Kader-kader yang bakal berproses di dalamnya bukanlah mahasiswa-mahasiswa sembarangan. Tak ayal, pers mahasiswa di kampus ternama itu menjadi ikon yang disegani di Madura.
Jumat (2/12) pagi, bertempat di Auditorium Utama STAIN Pamekasan, LPM Activita menggelar seminar Pers Mahasiswa. Seminar yang bertemakan “Mempertegas Kembali Urgensi Jurnalistik di Kalangan Mahasiswa Demi Terciptanya Revolusi” ini diikuti oleh puluhan mahasiswa serta para ketua organisasi intra kampus seperti ketua Himpunan Mahasiswa Syariah, Himpunan Mahasiswa Tarbiyah, Ikatan Qori’ dan Da’i Mahasiswa, dan sebagainya.
Seminar yang mendatangkan penyaji dari salah satu kontributor NU Online Pamekasan, Hairul Anam, ini merupakan rangkaian awal dari pelaksanaan pelatihan jurnalistik dasar. Mengacu pada jadwal yang dibuat panitia, pelatihan tersebut bakal berlangsung selama 3 hari berturut-turut.
Menurut ketua panitia yang juga pengurus LPM Acitivita, Muhsinuddin, pelatihan tersebut merupakan bagian dari sistem kaderisasi yang biasa diterapkan oleh LPM Activita.
“Tahun-tahun sebelumnya, kami memang menggelar pelatihan seperti ini sebagai upaya menjaring kader-kader yang bisa berproses secara baik di LPM Activita nantinya,” ungkap pemuda yang dikenal sebagai Lay Outer andalan Pamekasan itu.
Sistem pelatihan saat ini, lanjut Muhsinuddin yang biasa dipanggil Esa, lebih ketat dibanding pelatihan-pelatihan sebelumnya. Format pelatihan dan peserta yang bisa ikut di dalamnya sudah melalui tahap pengujian.
“Format pelatihan berlandaskan pada hasil konfirmasi kami dengan Thabri Syaifullah Munir (Jurnalis tersohor asal Sumenep, red.). Sedangkan peserta yang berhak ikut ialah mereka yang sudah melalui jalur seleksi ketat dari para panitia,” tegasnya.
Dari hasil penelusuran NU Online, peserta yang mendaftar pelatihan tersebut mencapai 52 orang. Tetapi yang lolos seleksi ialah 30 orang. Mereka diuji dengan menyetorkan Artikel dan wawancara secara mendalam dari pengurus LPM Activita.
“Saya sangat berharap, sistem kaderisasi yang cukup ketat ini dapat melahirkan insan pers yang tak pernah menyerah terhadap keadaan,” kata ketua LPM Activita, Fathorrahman saat ditemui di Aula STAIN.
Dalam seminar itu, di samping memaparkan selayang pandang sejarah Pers Mahasiswa Indonesia, penyaji juga menyoroti pers mahasiswa yang ada di Madura. Setidaknya, terdapat 4 tantangan yang dihadari oleh pers mahasiswa di Madura.
Pertama, regenerasi yang cepat. Dalam pers mahasiswa, periode kepengurusannya hanya 1 tahun, belum termasuk dengan liburan kampus. Sehingga, normalnya hanya sekitar 8 bulan. Kondisi demikian tentu saja menuntut kepiawaian pengurus untuk melakukan proses kaderisasi dengan baik dan juga cepat. Selain itu, perkembangan mahasiswa yang terlalu mementingkan nilai akademis juga turut menghambat perkembangan pers kampus ini. Ketatnya SKS kian menambah runyam permasalahan.
Kedua, dana yang pas-pasan. Sebagaimana mafhum, “hidup-matinya” pers mahasiswa amat ditentukan oleh ketersediaan dana dari kampus. Ketersediaan dana ini juga erat kaitannya dengan penyediaan fasilitas penerbitan seperti recorder, kamera, komputer, dan lainnya. Seringkali, gagalnya penerbitan terjadi lantaran memang dana dari kampus tidak dicairkan dan fasilitas ke-pers-an amat kurang memadai.
Ketiga, keberadaan pers mahasiswa masih hanya bersifat lokal, cenderung memberitakan hal-hal yang ada di sekitarnya saja. Dalam hal ini perlu dibentuk jejaring pers mahasiswa, khususnya di Madura untuk saling membagi dan melengkapi informasi di daerah masing-masing.
Keempat, terkait dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang telah menjadikan dunia ini tak berbatas (borderless world). Di mana, Global village sebagaimana pernah diimpikan Mc Luhan telah benar-benar menjadi kenyataan. Dalam posisi ini, pers mahasiswa juga mesti memanfaatkan media internet sebagai medium guna mempertahankan eksistensinya. Dengan demikian, melalui internet, pers mahasiswa bisa menyiasati minimnya dana dari kampus serta dapat memperluas jangkauannya agar bisa lebih “mengglobal”.
“Tantangan-tantangan tersebut harus dihadapi dan dicarikan solusinya oleh aktivis pers mahasiswa agar eksistensi pers mahasiswa dapat terus dipertahankan. Untuk selanjutnya, pers mahasiswa tidak sekadar “ada” tetapi juga mampu menjadi pers alternatif; corong kepentingan rakyat dan benar-benar menjadi media efektif dalam memerjuangkan idealisme mahasiswa sebagai agent of change, agent of knowledge or ideas, dan agent of social control,” tegas Hairul Anam yang pernah menjadi ketua LPM Instika itu.
Artikel ini telah dibaca 0 kali
Baca Lainnya
Trending di Liputan Khusus