Dasar aku, menganggapmu pelabuhan terakhir dalam perjalanan waktu
Dasar aku, menganggapmu rumah nyatanya tempat singgah sementara
Ya, aku yang terlalu berharap hingga tak tau cara membedakan kenyataan dan khayalan semata.
Tapi tak apa, bukankah manusia memang suka begitu? Terlampau oleh ekspektasi hingga lupa realita yang ada
Tak apa, sungguh, karena aku yakin kau pun tak tahu mana itu rumah singgah, mana rumah untukmu pulang.
Karena nyatanya, tanpamu aku tetap sama, masih tak peduli dengan sekitarnya
Ya, aku salah, karena rumah terbaik untuk pulang bukan padamu, namun pada Sang pencipta.