Terlihat: Kiai Abd. Hannan Tibyan saat seminar berlangsung |
Lpm Activita- Mendekati harlah yang ke-22, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Ikatan Qori’ dan Dakwah (IQDA) gelar seminar keislaman dengan tema ‘Reaktualiasasi Nilai Moderasi Agama Dalam Bingkai Maulid Nabi’, di Auditorium Utama. Kamis, (21/11/19).
Dalam acara tersebut, UKM IQDA hadirkan KH Abd Hannan Tibyan sebagai pemateri, yang dihadiri oleh 338 peserta.
Beliau menjelaskan, Setiap konsep yang ada dalam Islam selalu mengedepankan nilai-nilai moderasi disetiap hal, termasuk dalam menjalankan ibadah.”Islam itu, setiap konsepnya selalu mengedepankan nilai-nilai moderasi dalam semua hal, termasuk dalam ibadah,” terang pengasuh pondok pesantren Puncak Darussalam tersebut.
Beliau menambahkan, Agama islam merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad, sekaligus berada ditengah-tengah antara spritualisme dan materialisme.”Ada yang selalu beribadah terus-menerusan, ada yang lebih mementingkan materi. Ada sebagian agama, jika seseorang meninggal, langsung dibakar sampai menjadi debu. Kapitalisme Mendewa dewakan kapital. Dimana orang yang selalu memuaskan dirinya,” jelas kiai abd. Hannan Tibyan sapaannya.
Dakwah terhadap kaum ekstrimis ada 3 pendekatan. Pertama, hikmah. Kedua, mauidatul hasanah (berikan yang baik). Ketiga, dialog (berikan ahsan atau yang terbaik). “Berdakwah itu langsung praktek, bukan hanya teori. Itulah yang dilakukan rasulullah,” tegasnya.
Terakhir ia mengingatkan kepada para peserta yang hadir, Agama Islam adalah salah satu agama yang Rahmatan Lil Alamin dan moderat. Tidak ekstrim kanan, tidak ekstrim kiri. “Ekstrim itu adalah sunnatullah. Baik ekstrim kanan, maupun ekstrim kiri. Namun, Islam itu ada di tengah, dan Islam itu moderat. Tidak ektrim kanan, tidak ekstrim kiri,” tegasnya pada akhir ceramah.
Moh. Diyaul Rahman, selaku ketua panitia menuturkan, tujuan diadakannya acara ini, tidak lain untuk menambah wawasan baru yang harus diketahui oleh teman-teman mahasiswa terakait agama islam tentang moderasi. “Dengan adanya moderasi yang sudah mendunia ini, maka kami ingin menetapkan perihal moderasi bahwa hidup beragama itu tidak harus ekstrim, baik ekstrim kanan, maupun ekstrim kiri,” tuturnya. (Pena)