Akan terasa lengkap jika suasana di hari kemenangan di sertai dengan makanan yang khas seperti katopa’ bersama sanak famili. Katopa’ memang tidak asing lagi bagi umat muslim di Indonesia terutama di Madura.
Katopa’ memang makanan yang paling ditunggu – tunggu dan menjadi salah satu bagian terpenting di hari kemenangan bagi umat muslim madura.
Beras yang dibungkus dari janur dan dimasak ditungku panas ini tidak pernah terlewatkan di hari kemenangan bagi masyarakat madura pada umumnya. Karena katopa’ adalah tanda apresiasi bagi umat muslim yg sudah menjalani ibadah puasa selama satu bulan penuh, Katopa’ juga makanan khas di hari kemenangan, dan katopa’ pun ini makanan yang sangat istimewa dan sakral. Yang tidak akan kita temui di hari-hari biasanya.
Seperti yang dikatakan oleh ibu Muntama bahwa “Katopa’ memang menjadi makanan yang sangat istimewa dari segi rasa, dan bentuknya pun berbeda – beda, ada yg segi empat, segi tiga, tanduk, ayam, masjid, dan lain sebagainya. Sesuai kreativitasnya.”
Makanan yang sangat sedap jika dimakan dengan opor ayam ini, bukan hanya sulit dalam memperoleh bahannya saja melainkan dengan janur atau daun siwalan yg muda, tetapi pembuatannya juga cukup rumit karena daun tersebut harus eyangghi’ (dianyam) sebelum dimasukkan beras, dan tidak semua orang bisa melakukannya, hanya beberapa orang saja yang sudah ahli dalam melakukan nya.
Dan bagi yang tidak ingin ribet di pasar biasanya sudah ada yang menyediakan atau menjual orong (bungkus) katopa’ dengan janur atau daun siwalan yang muda, harganya pun juga berbeda. Seperti yang dikatakan Ibu Akib salah satu pelanggan yang biasa membeli orong (bungkus) Katopa’ di pasar seninan di Desa Duko Timur Larangan Pamekasan.
Dirinya menyebutkan harga orong (bungkus) Katopa’ yang terbuat dari anyaman janur di bandrol dengan harga Rp.5000 per 10 orong (bungkus), sedangkan yang terbuat dari anyaman daun siwalan muda di bandrol Rp. 7000 per 10 orong (bungkus).
Tidak selesai sampai di situ saja, katopa’ ini harus dimasak dengan durasi waktu yang cukup lama yaitu 7 jam dengan api yg besar, bertujuan untuk memberikan rasa yang khas agar Katopa’ tersebut bisa bertahan lama dan tidak cepat basi.
Proses memasak Katopa’ tersebut bisa menggunakan kompor atau tomang (tungku tradisional Madura), dan mayoritas masyarakat Madura yang menggunakan tomang (tungku tradisional Madura).
Oleh: Aris Efendi