IAIN Madura, LPM Activita – “Kehidupan ini dirancang oleh Tuhan bukan untuk orang-orang yang malas, tetapi untuk orang yang mempunyai mimpi besar,” ungkap Abd. Kholik dalam Talk Show yang diadakan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Agama Islam (PAI) di Mandhapa Agung Ronggosukowati Pamekasan. Sabtu (02/04/22)
Talk show ini dikemas dalam tema “Membangun Sense of Belonging Mahasiswa PAI sebagai Kader Organisasi yang Berpotensi” dan dihadiri oleh Wakil Rektor (Warek) I, Ketua Program Studi (Kaprodi) PAI beserta jajarannya, demisioner HMPS PAI, perwakilan Organisasi Mahasiswa (Ormawa), perwakilan mahasiswa angkatan 2020-2021, serta terdapat 2 pemateri, Riyadus Sholihih dan Abd. Kholik.
Pengalaman Riyadus Sholihin dalam berbagai organisasi mengantarkannya dalam meningkatkan potensi, ia mengatakan, memperoleh manfaat yang bisa mengembangkan potensi minat dan bakat serta solidaritas yang kuat.
“Kita akan belajar mengenai retorika berpikir dan penyelesaian masalah. Oleh karena itu, organisasi akan membesarkan kita melalu konflik-konflik yang akan membuat kita dewasa,” ucap Ketua Forum Silaturrahmi Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (Forsima) se-Jawa Timur periode 2021-2022 ini.
Lebih lanjut, Ketua HMPS PAI periode 2019-2020 ini menjelaskan, tips dan trik dalam menjaga stabilitas waktu antara kegiatan kuliah dan organisasi.
“Ada mahasiswa golongan aktivis, organisatoris, dan akademis. Rumusnya, teori 20% dan praktik 80%, dahulukan yang wajib daripada yang sunah serta jangan tinggalkan kewajiban sebagai kaum akademisi,” tuturnya.
Ia pun mengutip perkataan “Tak kenal maka tak sayang,” terkait membangun sense of belonging atau rasa kepemilikan terhadap HMPS PAI perlu mengenal terlebih dahulu baru akhirnya memiliki rasa cinta dan menjaga sesuai kebijakan yang perlu ditaati dalam AD/ART.
“Cintailah organisasi secara total,” pesan Wakil Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Fakultas Tarbiyah periode 2020-2021 ini.
Senada dengan Riyan, Abd. Kholik sebagai Wakil Ketua HMPS PAI periode 2019-2020 ini menyampaikan, berusaha menyempatkan diri untuk tetap hadir dalam beberapa kegiatan organisasi yang digeluti.
“Kepemilikan saya terhadap organisasi itu ada, saya berusaha hadir di satu kegiatan hingga mendapatkan pointnya, barulah saya pindah kegiatan lain. Saya pribadi di masa kuliah membuat jadwal kegiatan kuliah dan organisasi,” jelasnya.
Kemudian, organisatoris asal Kota Sumenep ini menyampaikan, tumpuan rasa kepemilikan berdasarkan kesadaran dan proses yang diberikan.
“Membangun rasa kepemilikan muncul dari adanya tugas kebebasan memberikan ide, saran, dan argumentasi, keterlibatan proses, kepercayaan untuk memimpin, kesadaran serta rasa kekeluargaan,” pungkasnya. (Sulis/Activita)