Oleh: Eiffah E
Pada sapi-sapi kerapan
yang lahir dari keringatku,
Tuhan tersenyum
Pada pohon-pohon
yang kutemui di sepanjang jalan menuju tempat ini,
kuutarakan sepotong asa
Pada helai-helai daun
yang gugur bersamaan
dengan pletak-pletok kaki sapi-sapi kerapan di jalanan beraspal,
aku melihat betapa relung dadaku tengah dibasahi
oleh tiap-tiap tetes embun kepalaku
yang jatuh melalui mata
Pada tiap-tiap kepakan sayap burung gagak
yang terbang rendah di sekitar kepalaku,
kusenyumi begitu banyak gambar dan kata
Pada lembar-lembar uang kertas
dan gemerincing uang koin
yang lolos dari beberapa kantong,
sebungkus makanan kering berbahan dasar harga diri
diobral semurah-murahnya benda
Pada orang-orang di sekelilingnya,
sapi-sapi kerapan bertanya,
“Akankah setiap dari anda memiliki sayap malaikat?
Ataukah malaikan tengah menyusup di tengah-tengah anda?”
Pada debu-debu yang beterbangan
oleh entakan kaki sapi-sapi kerapan ini,
aku melihat darahku terbang bersamanya
Dan pada langit-langit tanah Madura
aku melihat sapi-sapi kerapan
menyenyumi sebagian dagingnya terkapar
di atas tempat darah pertamanya terkulum
Pamekasan, Oktober 2019