Katakan Tidak Untuk Pemerintah, Iya Untuk Kepala Desa
Perbesar
Pamekasan – Api alam tidak kunjung mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat sampai sekarang (26/10/2014). Tidak ada perbaikan atau pun campur tangan dari pemerintah untuk mengembangkan tempat wisata tersebut. Nyatanya, masih banyak yang harus di perhatikan oleh pemerintah dalam mengembangkan tempat ini, seperti jalan untuk mencapai api alam, fasilitas umum dan juga keamanan yang belum bisa membuat para pengunjung tenang, tapi itu semua tidak pernah di perhatikan oleh pemerintah pusat.
“Sebenarnya seperti ini dek, bukan pemerintah tidak ingin mengembangkan api alam ini menjadi lebih baik lagi. Kami sebagai warga disini tidak setuju kalau pemerintah mengambil alih tempat ini,” tutur Faisol, seorang penjual di api alam, sambil tersenyum hangat ke arah para pembeli.
“Lantas kenapa warga api alam tidak ingin pemerintah mengambil alih dari tempat wisata ini?” tanya salah satu anggota diklat jurnalistik tingkat dasar (DJTD). Ketidakinginan warga akan pemerintah mengambil alih tempat tersebut karena warga api alam sangat keberatan atas kesepakatan yang diajukan pemerintah.
“Kita harus membayar pajak per bulan dek ke pemerintah pusat kalau kita mau mengikuti apa kemauan pemerintah, sedangkan mengaca ke penghasilan yang kita dapat kan tiap hari hanya kurang lebih 5 jt, itu semuanya terhitung dengan penghasilan kotornya,” tutur Faisol dengan nada yang rendah.
“Pemerintah sendiri sudah pernah mendatangi tempat ini kurang lebih tiga kali untuk langsung meminta mengolah wisata ini, juga mereka akan menambahkan wahana lain untuk mendukung nilai ketertarikan tempat ini seperti kolam renang. tapi sekali lagi kami menolaknya karena masih saja ada niatan pemerintah untuk menagih pajak terhadap pedagang disekitaran area wisata dek,” tambahnya.
Sedangkan Mulyono, seorang warga api alam yang cukup berperan penting dalam wisata ini berpendapat, “Kami lebih percaya terhadap kepala desa api alam dek, karena kita bisa mengembangkan sendiri tempat ini dan menjadikan aset perekonomian dari warga api alam sendiri. Tidak ada yang bisa di lakukan kecuali berdagang di tempat ini dek. Kami sangat susah untuk bertani karena kondisi tanah yang kurang mendukung dan juga cuaca. Jadi kami lebih baik berdagang agar tetap bisa bertahan hidup,” tuturnya sambil mengidupkan sebatang rokok kretek.
“Kalau masalah perbaikan jalur ke tempat wisata ini, kami sudah punya rencana jangka pendek, yaitu perbaikan jalan 5 tahun sekali. Saya rasa kalau masalah fasilitas umum seperti toilet atau mushallah sudah cukup memadai, sedangkan masalah keamanan bagi para pengunjung kami juga memastikan pasti akan aman dek, karena kami sudah memperkerjakan pemuda pengangguran disini. Jadi disamping kita bisa mengurangi angka pengangguran yang cukup besar khususnya di tempat ini kami juga dapat penghasilan sendiri baik terhadap warga api alam maupun terhadap income desa,” tambahnya dengan nada bangga.
“Jadi memang benar dek kalau kami lebih percaya terhadap kepala desa dari pada pemerintah pusat karena menurut logikanya seperti ini: buat apa tempat bagus tapi penghasilan sangat kecil- mendingan sebaliknya ya kan?” tutur Faisol sambil tersenyum memahami apa yang sudah dikatakannya tadi.
Harapan dari beberapa warga di tempat wisata api alam semoga saja pemerintah bisa mengaca terhadap kesejahteraan warganya, bukan malah warga yang dijadikan sumber bisnis demi income yang cuma berpihak terhadap perorangan saja.
Tulisan ini adalah hasil liputan anggota baru dalam Diklat Jurnalistik Tingkat Dasar
Artikel ini telah dibaca 6 kali
Katakan Tidak Untuk Pemerintah, Iya Untuk Kepala Desa
Perbesar
Pamekasan – Api alam tidak kunjung mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat sampai sekarang (26/10/2014). Tidak ada perbaikan atau pun campur tangan dari pemerintah untuk mengembangkan tempat wisata tersebut. Nyatanya, masih banyak yang harus di perhatikan oleh pemerintah dalam mengembangkan tempat ini, seperti jalan untuk mencapai api alam, fasilitas umum dan juga keamanan yang belum bisa membuat para pengunjung tenang, tapi itu semua tidak pernah di perhatikan oleh pemerintah pusat.
“Sebenarnya seperti ini dek, bukan pemerintah tidak ingin mengembangkan api alam ini menjadi lebih baik lagi. Kami sebagai warga disini tidak setuju kalau pemerintah mengambil alih tempat ini,” tutur Faisol, seorang penjual di api alam, sambil tersenyum hangat ke arah para pembeli.
“Lantas kenapa warga api alam tidak ingin pemerintah mengambil alih dari tempat wisata ini?” tanya salah satu anggota diklat jurnalistik tingkat dasar (DJTD). Ketidakinginan warga akan pemerintah mengambil alih tempat tersebut karena warga api alam sangat keberatan atas kesepakatan yang diajukan pemerintah.
“Kita harus membayar pajak per bulan dek ke pemerintah pusat kalau kita mau mengikuti apa kemauan pemerintah, sedangkan mengaca ke penghasilan yang kita dapat kan tiap hari hanya kurang lebih 5 jt, itu semuanya terhitung dengan penghasilan kotornya,” tutur Faisol dengan nada yang rendah.
“Pemerintah sendiri sudah pernah mendatangi tempat ini kurang lebih tiga kali untuk langsung meminta mengolah wisata ini, juga mereka akan menambahkan wahana lain untuk mendukung nilai ketertarikan tempat ini seperti kolam renang. tapi sekali lagi kami menolaknya karena masih saja ada niatan pemerintah untuk menagih pajak terhadap pedagang disekitaran area wisata dek,” tambahnya.
Sedangkan Mulyono, seorang warga api alam yang cukup berperan penting dalam wisata ini berpendapat, “Kami lebih percaya terhadap kepala desa api alam dek, karena kita bisa mengembangkan sendiri tempat ini dan menjadikan aset perekonomian dari warga api alam sendiri. Tidak ada yang bisa di lakukan kecuali berdagang di tempat ini dek. Kami sangat susah untuk bertani karena kondisi tanah yang kurang mendukung dan juga cuaca. Jadi kami lebih baik berdagang agar tetap bisa bertahan hidup,” tuturnya sambil mengidupkan sebatang rokok kretek.
“Kalau masalah perbaikan jalur ke tempat wisata ini, kami sudah punya rencana jangka pendek, yaitu perbaikan jalan 5 tahun sekali. Saya rasa kalau masalah fasilitas umum seperti toilet atau mushallah sudah cukup memadai, sedangkan masalah keamanan bagi para pengunjung kami juga memastikan pasti akan aman dek, karena kami sudah memperkerjakan pemuda pengangguran disini. Jadi disamping kita bisa mengurangi angka pengangguran yang cukup besar khususnya di tempat ini kami juga dapat penghasilan sendiri baik terhadap warga api alam maupun terhadap income desa,” tambahnya dengan nada bangga.
“Jadi memang benar dek kalau kami lebih percaya terhadap kepala desa dari pada pemerintah pusat karena menurut logikanya seperti ini: buat apa tempat bagus tapi penghasilan sangat kecil- mendingan sebaliknya ya kan?” tutur Faisol sambil tersenyum memahami apa yang sudah dikatakannya tadi.
Harapan dari beberapa warga di tempat wisata api alam semoga saja pemerintah bisa mengaca terhadap kesejahteraan warganya, bukan malah warga yang dijadikan sumber bisnis demi income yang cuma berpihak terhadap perorangan saja.
Tulisan ini adalah hasil liputan anggota baru dalam Diklat Jurnalistik Tingkat Dasar
Artikel ini telah dibaca 0 kali
Baca Lainnya
Trending di Liputan Khusus