Menu

Mode Gelap
HMPS Ekonomi Syari’ah Adakan Entrepreneurship Workshop Semarak Bulan Bahasa, HMPS TBIN Adakan Pemilihan Duta Bahasa Indonesia IAIN Madura Gelar Pisah Sambut Kabiro AUAK IAIN Madura Tidak Masuk 3 Besar Kampus Terbaik di Madura Versi Kemendikbudristek RI Dianggap Tidak Mendidik, Konten IMTV Mendapat Kritikan

opini · 26 Apr 2020 10:46 WIB ·

Kartini Muda di Generasi Z


 Kartini Muda di Generasi Z Perbesar

Yuliati Ningsih: Mahasiswi Tadris Bahasa Inggris IAIN Madura

Pada tahun 1964, presiden pertama Republik Indonesia menetapkan Raden Adjeng Kartini atau yang memiliki nama asli Raden Ayu Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia. Dimana setiap tanggal 21 April yang merupakan hari lahir R.A Kartini, ditetapkan sebagai peringatan hari besar yang kemudian disebut sebagai  Hari Kartini. Kartini ialah sosok perempuan asal Jepara yang melalui pemikiran-pemikiran smart nya mampu mengubah wajah dunia. Pemikiran Kartini dituangkannya dalam tulisan-tulisan yang ia tulis dan mengirimnya melalui surat kabar Belanda pada masa itu. Keinginan terbesarnya ialah ia ingin memajukan perempuan pribumi sebab ia melihat bahwa perempuan pribumi pada masa itu memiliki status sosial yang rendah. Gebrakan ini kemudian dikenal sebagai Emansipasi Wanita.

Setelah Kartini wafat diusianya yang masih muda yakni 25 tahun, kemudian seorang Menteri Kebudayaan, Keagamaan dan Kerajinan Hindia Belanda, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan tulisan-tulisan Kartini dan menjadikannya buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Sampai saat ini, judul buku tersebut melekat sebagai penggambaran jiwa pejuang sosok R.A Kartini.

Dewasa ini, gebrakan Emansipasi Wanita seorang R.A Kartini nampaknya semakin tergerus. Para perempuan di era Z kita menyebutnya,  sangat jarang ditemukan jiwa Kartini muda  dalam dirinya. Laju arus teknologi, maraknya pengadopsian westernisasi, baik dalam aspek life style, gaya berpakaian, hingga pengadopsian bahasa western yang secara implisit dapat menggeser bahasa pribumi, telah banyak ditemui di era ini.

Tidak hanya itu, ketertarikan dalam bidang literasi nampaknya hampir tidak ditemui. Keteladanan dalam diri Kartini yang gigih memperjuangkan ide-idenya lewat tulisan, hanya segelintir perempuan saja yang memilikinya. Dibuktikan dengan semakin menurunnya tingkat minat baca di Indonesia.

Dimana Indonesia menempati urutan ke-60 dari 61 negara dalam The World’s Most Literate Nastion yang diselenggarakan pada tahun 2016 lalu. Maka tak heran jika para pemegang tongkat estafet perjuangan R.A Kartini perlu mendapat dorongan keras unruk menumbuhkan kembali jiwa Kartini dalam Kartini muda di generasi Z ini.

Maka dari itu, sudah selayaknya perempuan-perempuan muda Indonesia menapaki jejak Kartini dalam membangun dan mengubah negeri dalam upaya mengkonsistenkan gebrakan Emansipasi Wanita.

*Mahasiswi Tadris Bahasa Inggris dan Anggota Magang Activita.

Artikel ini telah dibaca 40 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Ketika Gus Miftah Tersandung Kata-Kata Kasar: Apa yang Bisa Kita Pelajari?

4 Desember 2024 - 04:52 WIB

PATRIARKI DI MADURA MENEKAN PEREMPUAN MENJALANKAN PERAN GANDA

14 September 2024 - 23:33 WIB

Sumarni, petani tembakau di daerah Madura

Post Power Syndrome

6 Juni 2024 - 04:03 WIB

Adakan Pekan Berkah 2024, UPZ IAIN Madura sertakan Bazar dalam rentetan kegiatan.

Organisasi Kampus Sebagai Sarana Pendidikan Politik atau Ajang Perebutan Kekuasaan?

26 Mei 2024 - 14:45 WIB

Opini 26 Mei 2024

Kuliah: Nongkrong dengan Gaya

7 Mei 2024 - 03:36 WIB

Opini Anggota Magang LPM Activita

Politik Sakit Hati dalam Organisasi Kemahasiswaan Perlu Dihindari

23 April 2024 - 14:35 WIB

Trending di opini