Yuliati Ningsih: Mahasiswi Tadris Bahasa Inggris IAIN Madura |
Pada tahun 1964, presiden pertama Republik Indonesia menetapkan Raden Adjeng Kartini atau yang memiliki nama asli Raden Ayu Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia. Dimana setiap tanggal 21 April yang merupakan hari lahir R.A Kartini, ditetapkan sebagai peringatan hari besar yang kemudian disebut sebagai Hari Kartini. Kartini ialah sosok perempuan asal Jepara yang melalui pemikiran-pemikiran smart nya mampu mengubah wajah dunia. Pemikiran Kartini dituangkannya dalam tulisan-tulisan yang ia tulis dan mengirimnya melalui surat kabar Belanda pada masa itu. Keinginan terbesarnya ialah ia ingin memajukan perempuan pribumi sebab ia melihat bahwa perempuan pribumi pada masa itu memiliki status sosial yang rendah. Gebrakan ini kemudian dikenal sebagai Emansipasi Wanita.
Setelah Kartini wafat diusianya yang masih muda yakni 25 tahun, kemudian seorang Menteri Kebudayaan, Keagamaan dan Kerajinan Hindia Belanda, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan tulisan-tulisan Kartini dan menjadikannya buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Sampai saat ini, judul buku tersebut melekat sebagai penggambaran jiwa pejuang sosok R.A Kartini.
Dewasa ini, gebrakan Emansipasi Wanita seorang R.A Kartini nampaknya semakin tergerus. Para perempuan di era Z kita menyebutnya, sangat jarang ditemukan jiwa Kartini muda dalam dirinya. Laju arus teknologi, maraknya pengadopsian westernisasi, baik dalam aspek life style, gaya berpakaian, hingga pengadopsian bahasa western yang secara implisit dapat menggeser bahasa pribumi, telah banyak ditemui di era ini.
Tidak hanya itu, ketertarikan dalam bidang literasi nampaknya hampir tidak ditemui. Keteladanan dalam diri Kartini yang gigih memperjuangkan ide-idenya lewat tulisan, hanya segelintir perempuan saja yang memilikinya. Dibuktikan dengan semakin menurunnya tingkat minat baca di Indonesia.
Dimana Indonesia menempati urutan ke-60 dari 61 negara dalam The World’s Most Literate Nastion yang diselenggarakan pada tahun 2016 lalu. Maka tak heran jika para pemegang tongkat estafet perjuangan R.A Kartini perlu mendapat dorongan keras unruk menumbuhkan kembali jiwa Kartini dalam Kartini muda di generasi Z ini.
Maka dari itu, sudah selayaknya perempuan-perempuan muda Indonesia menapaki jejak Kartini dalam membangun dan mengubah negeri dalam upaya mengkonsistenkan gebrakan Emansipasi Wanita.
*Mahasiswi Tadris Bahasa Inggris dan Anggota Magang Activita.