Fitriatul Laili (Pengurus LPM Activita 2019-2020) |
Tokoh Raden Ajeng Kartini atau yang dikenal RA. Kartini menjadi sosok perempuan hebat yang tidak pernah habis ceritanya di masyarakat. Melalui perjuangannya, perempuan kelahiran 21 April ini sukses menginspirasi banyak wanita di Indonesia, bahkan dunia. Lahir dari keluarga bangsawan tidak membuatnya lelah untuk terus memikirkan nasib perempuan sebagai kaum minoritas.
Meskipuan sudah wafat, namun nama Kartini tetap harum di kalangan perempuan. Bahkan namanya diabadikan sebagai tokoh pahlawan nasional. Tidak sedikit perempuan-perempuan di Indonesia menginginkan dirinya untuk menjadi sosok Kartini di era milenial. Keteguhan perjuangannya tidak menggunakan senjata, tetapi melalui ambisi besarnya untuk membebaskan perempuan pribumi yang saat itu tidak mengalami kebebasan dalam menempuh pendidikan. Sehingga dari ambisi besar yang sukses diwujudkan, tidak sedikit yang menyebut bahwa RA. Kartini merupakan tokoh feminisme Indonesia yang berhasil melakukan emansipasi wanita.
Seulas kisah singkat tokoh Kartini tidak jauh berbeda dengan nasib perempuan Madura zaman dahulu. Tahun 70-an Madura masih minim orang berpendidikan. Banyak anak-anak Madura yang putus sekolah dan didominasi oleh perempuan. Hal tersebut disebabkan oleh lemahnya ekonomi masyarakat maupun kurang sadarnya masyarakat dalam memerhatikan pendidikan. Akibatnya, pernikahan dini terhadap perempuan Madura masih terus terjadi kala itu. Hal ini didasarkan pada kekhawatiran keluarga terhadap anak perempuannya kalau tidak segera menikah.
Meskipun demikian, era sekarang sudah banyak perempuan-perempuan madura yang mulai melakukan pembebasan terhadap dirinya. Ketika melihat di perguruan tinggi di Madura maupun luar madura, tidak sedikit perempuan asal madura yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Sebagai perempuan madura, saya pun sadar bahwa pendidikan dan dunia kerja tidak hanya dikhususkan untuk kaum laki-laki. Namun perempuan juga tidak ada penolakan dan tidak dapat ditolak untuk turut berada di dalamnya.
Dari hasil semangat dan jerih payah perempuan Madura, meskipun pernikahan dini masih terjadi di beberapa daerah di madura, tidak sedikit perempuan madura yang menjadi motivator melalui karya-karyanya. Dapat kita petik sedikit dari salah satu cerpennis asal bumi Gerbang Salam (Pamekasan), Muna Masyari. Menjadi sosok yang tidak asing bagi perempuan madura. Melalui tulisannya berjudul Kasur Tanah, cerpen tersebut menjadi pilihan media Kompas tahun 2017.
Sebagaimana dalam buku yang ditulis oleh RA. Kartini yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang, perempuan madura telah membuktikan bahwa masa kelam perempuan madura kini telah usai dan beralih pada masa yang terang dengan mengabadikan dirinya dalam karya terbaiknya. Hal ini tidak jauh berbeda dengan tokoh Kartini, ketika ia mengabadikan namanya melalui tulisannya yang beraliran feminisme dan ditulis dalam bahasa Belanda, maka peempuan madura juga mengabadikan tulisannya dalam buku-buku miliknya atau beberapa tulisan yang ditulis di media cetak maupun online.
Menjadi salah satu bukti bahwa di zaman sekarang, perempuan madura sudah bukan lagi perempuan pingitan keluarga yang tidak dapat melakukan apa-apa. Namun mereka terus produktif dan melahirkan karya-karya dalam membumikan literasi di Pulau Madura. Tidak hanya Muna Masyari, tetapi ada penulis-penulis asal Madura yang terus semangat dalam mengabadikan karyanya, seperti Weni Suryandani, Maftuhah Jakfar, Linda Autaharu, dan tujuh perempuan lainnya yang turut menjadi penulis dalam antologi puisi berjudul Perempuan Laut.
Sebutan Kartini milenial pun banyak menjadi bulan-bulanan masyarakat. Mereka tidak habis membincangkannya. Mengingat saat ini perempuan madura sudah banyak yang sadar pendidikan, karena mereka percaya dan berpedoman pada ungkapan bahwa ibu menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Dengan perempuan yang berpendidikan, maka sedikit banyak mereka dapat memberikan pengalaman belajar terbaik bagi anak keturunannya.
Lahirnya tokoh Kartini di Indonesia sudah cukup untuk melakukan emansipasi wanita. Melalui perjuangannya untuk membebasan perempuan pribumi dari stigma buruk masyarakat membuat perempuan saat ini dengan mudah menempuh dunia pendidikan. Perempuan Madura yang dulunya tertinggal, sekarang tidak lagi demikian. Mereka sudah menyadari arti pendidikan. Hal tersebut mampu menjadikan madura yang dikenal sebagai pulau dengan literasi rendah mampu bersaing dan muncul seiring dengan zaman.
*Mahasiswa Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, pengurus LPM Activita 2019-2020, dan UKM-PI.