Menu

Mode Gelap
HMPS Ekonomi Syari’ah Adakan Entrepreneurship Workshop Semarak Bulan Bahasa, HMPS TBIN Adakan Pemilihan Duta Bahasa Indonesia IAIN Madura Gelar Pisah Sambut Kabiro AUAK IAIN Madura Tidak Masuk 3 Besar Kampus Terbaik di Madura Versi Kemendikbudristek RI Dianggap Tidak Mendidik, Konten IMTV Mendapat Kritikan

opini · 17 Mei 2019 13:29 WIB ·

Hari Buku Nasional, Sudahkah Membaca Buku Hari Ini?


 Hari Buku Nasional, Sudahkah Membaca Buku Hari Ini? Perbesar

Sudahkah anda membaca buku hari ini, hari buku lho? Wow! 17 Mei menjadi refleksi hari buku nasional yang diperingati oleh masyarakat Indonesia, khususnya kaum akademisi. Mungkin tidak semua orang mengetahui ini, lantaran dampaknya masih menjadi boomerang bagi masyarakat luas. Bahkan tidak sedikit pula yang bertanya-tanya, kenapa harus 17 Mei, kenapa tidak pada tanggal yang lain.

Sedikit flash back pada beberapa tahun sebelumnya, ketika masa kepresidenan Megawati Soekarno Putri. Tahun 2002 menjadi tahun dicetuskannya hari buku nasional oleh Kemendikbud, Abdul Malik Fajar tepat pada masa kabinet gotong royong. Selain bertepatan dengan dibangunnya Perpustakaan Nasional pada tanggal 17 Mei 1980 oleh Daoed Joesoef. Kemendikbud juga berharap dapat meningkatkan kualitas penjualan buku dan literasi di Indonesia.

Harapan hanya tinggal kenangan. Apa yang diharapkan oleh Abdul Malik Fajar tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Padahal tahun 2010 angka melek huruf terhadap umur di atas 15 tahun di Indonesia sudah mencapai 96,07% (indtimes,.com), namun angka yang tinggi tidak sesuai dengan ekspektasi pemerintah. Meskipun angka melek huruf tinggi ternyata minat baca warga Indonesia relatif rendah.

Melaju 2 tahun setelahnya tepatnya 2012, kondisi literasi Indonesia bukan semakin membaik, tapi justru diperparah dengan data UNESCO yang menyatakan tingkat minat baca di Indonesia hanya berkisar 0,0001 persen. Jika diibaratkan, dari 1000 oang hanya 1 yang rajin membaca.

Menyedihkan bukan? Hari buku yang diperingati tiap tahun hanya sebatas refleksi yang diperingati oleh penduduk negeri. Bahkan tidak sedikit yang tahu adanya hari buku nasional.

Meskipun diperingati tiap tahun, rendahnya budaya literasi di Indonesia tidak hanya berhenti pada tahun 2012, tahun berikutnya pun masih berlanjut.

Bahkan data terbaru Badan Pusat statistik (BPS) jauh lebih mengejutkan. Survei Penduduk Antar Sensus (SPAS) BPS  mengungkapkan jumlah penduduk mencapai 265 juta jiwa, sedangkan yang memiliki minat baca berjumlah 265 ribu jiwa.

Hari buku nasional yang diperingati tiap tahun, hanya menjadi refleksi yang terderet dalam barisan hari-hari nasional lainnya. Sampai saat ini pun dampak konkretnya belum dirasakan sepenuhnya. Bahkan literasi di Indonesia semakin miris untuk diungkapkan.

Tidak sedikit dari kita yang menjumpai/berjumpa dengan buku hanya ketika mendapat tugas dari dosen pengampu. Bahkan mengunjungi perpustakaan pun ketika referensi tugas masih kurang. Kalaupun datang untuk sekedar membaca buku koleksi di perpustakaan, mungkin sebagian besar dari kita masih ogah-ogahan untuk melakukannya.

 lucunya, hari ini, ketika hari buku nasional tiba waktunya. Tidak sedikit dari mereka yang mengucapkan “Selamat Hari Buku Nasional” dengan diiringi caption-caption monohok seolah menggambarkan dirinya seorang kutu buku. Padahal di hari hari lain, enggan untuk berjumpa dengan buku.
Tidak hanya itu, banyak yang merefleksikan dengan jual buku murah, baca gratis, bahkan bagi-bagi buku untuk memperingati hari buku nasional.

Pertanyaannya, setelah lewat apakah buku itu masih mau dibaca atau untuk dibaca kembali tahun depan.?

Jika ditelusuri lebih lanjut, banyak program-program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan budaya literasi di Indonesia, seperti Pendidikan Penguatan Karakter (PPK) dan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sejak tahun 2016.

Bahkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pun turut digalakkan oleh pemerintah. Selain itu, banyak E-Book yang dapat kita akses dari internet untuk kita baca tiap saat.

Namun, hal itu hanya menjadi program seremonial yang tidak memberikan efek besar bagi dunia literasi Indonesia.

Pada intinya, hari buku nasional yang dicetuskan oleh Abdul Malik Fajar tidak sepenuhnya berhasil untuk meningkatkan budaya literasi di Indonesia. Bahkan generasi gadget terbilang lebih banyak dari pada generasi buku. Sehingga sampai saat ini pun, hari buku nasional hanya menjadi refleksi tahunan yang diperingati oleh masyarakat Indonesia. SELAMAT HARI BUKU NASIONAL!!!!!!

Fitriatul Laili (Tria’Trie/TIPS)

Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Potret Pemuda Milenial; Ambisi Tanpa Batas, Kepedulian yang Terbatas

17 April 2025 - 05:21 WIB

Foto by: Rafli Firmansyah/unsplash

Stop Gugup, Mulai 7 Trik Bicara agar Audiens Melek & Fokus!

13 April 2025 - 09:18 WIB

Foto by: Herlambang Tinasih Gusti/unsplash

Wi-Fi yang Kurang Lancar, Hambatan Serius bagi Mahasiswa IAIN Madura

18 Maret 2025 - 05:19 WIB

Styrofoam: Bahaya wadah makanan yang tidak disadari banyak orang

14 Maret 2025 - 11:45 WIB

Foto by: Jonas Gerlach/unsplash

Ketika Gus Miftah Tersandung Kata-Kata Kasar: Apa yang Bisa Kita Pelajari?

4 Desember 2024 - 04:52 WIB

PATRIARKI DI MADURA MENEKAN PEREMPUAN MENJALANKAN PERAN GANDA

14 September 2024 - 23:33 WIB

Sumarni, petani tembakau di daerah Madura
Trending di opini