STAIN Pamekasan – Jumat, (22/12) Menanggapi keluhan mahasiswa, Organisasi Front Pembela Mahasiswa (FPM) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan yang dinahkodai oleh sahabat Moh As’adi laksanakan audensi mengenai Evaluasi sistem AIDA dalam pengisian Kartu Rencana Studi (KRS), di ruang sidang kantor pusat STAIN Pamekasan.
Sidang yang dihadiri oleh wakil ketua satu selaku pengembang dalam bidang akademik, kepala urusan bagian (Kasubag) akademik, kepala Unit Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (TIPD), dan segenap mahasiswa yang tergabung dalam FPM.
Adapun pembahasan penting yang dibicarakan dalam sidang tersebut yaitu mengenai sulitnya ketika mengakses AIDA (Lemot), khususnya dalam pengisian KRS. “Bahkan saya harus begadang sampai jam 12 malam untuk bisa masuk ke AIDA, itu pun lemot dan bahkan masih belum bisa masuk,” Ungkap As’adi, atau yang sering disapa Adi Karduluk.
Bukan hanya mengenai masalah kesulitan dalam mengakses AIDA, dalam sidang tersebut juga membahas tentang mekanisme kelas paralel yang sebagian mahasiswa tidak setuju dengan kebijakan yang dipilih oleh pihak akademik. Karena mahasiswa tidak punya kebebasan dalam memilih. “Dan ini pembunuhan karakter, misalkan yang punya kerja, jika tidak menggunakan sistem ini, maka mereka bisa kerja pagi, kuliahnya sore,” ujarnya, sahabat Eko.
Mengenai masalah kesulitan dalam mengakses AIDA, dari pihak TIPD mengatakan bahwa penyebabnya karena dalam mengak
ses yang bersamaan. Dan juga dari sistem yang digunakan masih kurang maksimal. Sehingga harus ada pembaruan dan perbaikan dari server. “Dan kami ada program dalam pengisian KRS dilakukan setiap Prodi,” Terangnya.
Abd. Razak selaku Kasubag Akademik menanggapi perihal kelas paralel, dia mengatakan dari dulu sudah sering di Audiensi mengenai hal tersebut, dan mereka menyuruh wajib paralel, karena sifat mahasiswa yang berkompetisi. Jika tidak demikian akan ada mahasiswa yang tidak mendapatkan jatah kelas sebab mereka bebas memilih kelas. “Jika memang kelas paralel ini mau di hapus, dan mau pakai kelas bebas, silakan! Asal ada pernyataan yang diketahui oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) dan atas izin waka satu,” tegasnya.
Dalam sidang tersebut juga mengungkit masalah kurang ramahnya dalam pelayanan akademik. Pihak akademik yang merupakan pelayan bagi mahasiswa yang harus dilayani secara baik. Karena tidak sedikit dari beberapa mahasiswa mengeluhkan soal pelayanan akademik. “Bahkan saya pernah menghantarkan mahasiswa baru ke akademik, sebab telat dalam pengisian KRS. Dan dari pihak akademik memberikan dua pilihan antara Sistem Kredit Semester (SKS) terpotong atau tidak kuliah di kampus ini,” tegas Khoirul. “Saya selaku pihak dari Akademik mohon maaf apabila ada kesalahan dalam pelayanan kami, jujur karena saya sendiri juga sering demikian. Tapi berharap mahasiswa bisa paham psikologi seseorang,” saut Razak.
Nur Hasan, selaku waka satu mengatakan terima kasih atas informasi tentang keluhan para mahasiswa, tentunya dalam masalah pelayanan akademik dan prasarana. “Kami akan selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan mengenai hal tersebut,” pungkasnya.