Aku mengatup kaku saat nyanyian angin mengibas mataku. menatap haru pada sosok tua di pinggir lorong, dengan peralatan sederhana menjual jagung bakar.terhenyak, ingin sekali ku rangkul dia, mengajaknya hidup dengan ku, menyuruhnya berhenti jualan di usia nya yang sudah menua. biar ku yang berjuang untuknya tapi siapa aku? aku hanya sosok kecil, yang terkadang masih menengadah kan tangan pada orang tua saat usahaku benar bener sepi dari pembeli. igin sekali aku membantunya, tapi lagi lagi.. siapa aku?, ada keluarganya di belakang. yang jelas lebih tahu kehidupa nenek tua itu.
Dear Waktu,…
entah ini tentang kemalasan atau tentang mencari yang lebih mudah, saa ku dihadapkan pada poros air mata, melihat hinakah aku? atau harukah? atau bingung yang terjadi aku terkekeh seolah sesak dalam nafas. ini bukan lagi tentang di jakarta yang banyak pengamin jalanan, banyak anak anak tidur di trotoar jalan dan sebagainya. ini di pamekasan . yang sejak ku mulai bermukim di kota ini aku tak pernah melihat pemandangan ini di setiap jalan. yach… pengami di lampu merah utara rumah sakit umum yang akhir akhir ini mulai aktif bernyanyi layaknya fokalis band. buka aku tak suka mereka membagikan kemampuan pribadinya di hadapan publik langsung, tapi tak melihatkah mereka pada sosok tua di barat jalan tabsiun? tak mengacakah mereka pada nenek itu yang mencari nafkah dengan berjuan bukan meminta?, tapi lagi lagi ini tentang aku, siapa aku yang hanya rakyat biasa dan hanya bisa mengamati kedaan dengan mata telanjang.
dear waktu..
seandainya para pengamen itu meneladani para orang tua yang berkerja keras mencari nafkah bukan dengan mengamen… mungkin saja trotoar di kota pamekasan ini tidak akan pernah di isi oleh para pemetik gitar kecil dengan kantong pelastik di tangannya.
daer waktu…
seandai saja kepekaan atasan akan keadaan ini, mungkin saja para pengamin jalanan tidak akan mengotori jalanan dan orang orang yang melintas tetap asri menatap jalan raya.
dear waktu….
aku hanya merindukan kota pamekasan, yang bersih lalu lintasnya dari para pemetik gitar itu. setidak nya mereka di beri wadah.. agar mewjudkan hobinya ke dalam suatu kegiatan yang bermanfaat.
dear waktu….
maafkan aku, yang kerap kali menyanyi dalam alunan bising sendiri. tanpa pernah menceritakan pada hari…. mungkin dengan lewat surat ini..ku utarakan kegundahan yang mencekkik kelopak mataku.
Oleh: Ruqy El Qurdy
IG. Ruqyqurdy. FB. Ruqy El Qurdy. WA. 082333579176