Aku buka tulisan ini dengan;
ACTIVITA, aku mencintaimu. Aku merindukan (taring)mu.
Aku tidak tahu, apakah catatan ini sampai kepada sebagian dari Keluarga Besar ACTIVITA-khususnya PU/Pengurus hari ini- dan tertarik membacanya. Tapi yang jelas, -tubuhku gemetar dan mata perlahan sambab -karena rinduku kepada ACTIVITA dilanda kemarau panjang-lalu deras seperti hujan musim ini- saat terpikir dan mulai menulisnya.
Aku ingin menyapa dulu: “Kakak, rekan, adik yang pernah-sedang belajar di ACTIVITA yang kucintai. Apa kabar kalian? Semoga kalian dalam keadaan sehat dan bahagia. Besar harapan, bisa jumpa-ngakak sambil pikopian atau rujakan.”
Masih basah di kanvas ingatan, Bazar Ormawa tepat di hari ketiga PBAK sekitar 10 tahun lalu. Ya, di hari itu kali pertama aku lihat-pegang-baca majalah, yang entah itu edisi ke berapa, aku lupa. Tapi yang jelas, momen itu yang jadi saksi tumbuhnya benih cinta untuk ACTIVITA. Dan cinta itu masih terpelihara dengan tulus di lubuk terdalam.
Tak hanya itu, aku juga sempat baca Buletin Mitra dan koran harian Vita Pos.
Tak sampai dua bulan dari momen itu, aku resmi mendaftar dan bergabung di organisasi mahasiswa yang, katanya –waktu itu-punya wibawa dan taring di STAIN Pamekasan.
“Anggota Magang”. Status itu yang kusandang di pundak kemahasiswaanku selama dua semester awal di kampus kala itu. Vita Pos adalah media yang dikelola oleh rekan-rekan seangkatan. Waktu itu, adalah kebanggan bila tulisan –baik berita, opini, puisi, bahkan resensi- bisa dimuat di media ini.
Ya, karena Vita Pos adalah media yang sangat istimewa bagi rekan-rekan seangkatan waktu itu. Bisa publish berita, opini, puisi, dan resensi.
Ingat Vita Pos, jadi teringat momen proses belajar yang sangat mengorbankan banyak hal. Dari pikiran, keringat, bahkan harus sampai telat masuk kelas gegara ngeprint-fotocopy dan bagikan media cetak yang waktu itu berbentuk booklet dan harus digandakan puluhan bahkan ratusan.
Satu hal lain yang menyedihkan: lembaran Vita Pos yang dibagikan ke mahasiswa, pegawai, dan pejabat kampus, tak jarang hanya dijadikan kipas angin manual bahkan alas duduk. Aku yakin, angkatan yang masih berkesempatan kelola Vita Pos, alami dan mengingat kejadian semacam itu.
Aku sendiri, sering telat masuk kelas pada jam-jam kuliah pagi. Malahan sering gak mandi, sendalan, dan sarungan untuk gandakan dan bagi-bagi Vita Pos dan tetap masuk kelas dengan kondisi itu. Tapi izin dulu ke dosen pengampu; daripada tidak kuliah.
Sebenarnya, ngeprint masih bisa di kantor ACTIVITA. Tapi itu kalau printer sehat. Kalau tidak, maka harus ngeprint ke luar kampus, atau numpang di kantor ormawa lain. Dan kenyataannya, tak jarang printer harus selalu diboyong kesana kemari untuk diperbaiki. Entah kehabisan tinta, atau bagian-bagian mesin dalam lainnya tak berfungsi.
Bicara ini, bukan maksud hitung-hitungan. Tidak. Ini sebagai bukti pengorbanan dan bentuk kecintaan dalam proses belajar di ACTIVITA. Dan aku sendiri, hari ini, merasakan buah manis dari proses yang melelahkan itu.
Aku ingat betul, bagaimana PU ACTIVITA waktu itu, kak Ary Ghunteng dan Kak Hasib Siput serta beberapa pengurus lainnya- sangat telaten dan sabar mendampingi anggota magang.
Ketelatenan kak Ary, tak hanya soal dampingi kami belajar waktu itu. Dia bahkan sering keluarkan uang sakunya dan minta kami beli makanan atau kerupuk untuk dirujak bersama. Setelah makanan –biasanya beli nasi jagung harga 3 ribuan-datang, dia kerap bilang kenyang dan menyilakan kami makan. Padahal, aku tahu sendiri dia belum makan. Tak jarang, dia hanya sarapan air galon tiap harinya.
Menurutku, Vita Pos adalah simbol kehidupan ACTIVITA waktu itu. Karena masyarakat kampus bisa tahu peristiwa yang terjadi dari apa yang diberitakan melalui media itu. Vita Pos terbit, ACTIVITA masih punya taring dan tajam.
Beberapa tahun terakhir, Vita Pos sudah tidak terbit lagi. Entah sejak kapan tidak terbit lagi. Mungkin masanya PU Faruk atau PU Rofi. Alasannya : ikut arus digitalisasi dan website sebagai gantinya. Oke, aku setuju alasan masuk akal itu.
Dan, sebagai bagian dari praktisi media, aku tahu betul bagaimana mudahnya menyebarkan informasi melalui website atau bahkan media sosial.
Tapi, media semakin mudah, kok produktivitas ACTIVITA masih kering kerontang? Aneh tapi nyata. Kemana pengurusnya? Ngapain aja?
Beberapa bulan terakhir, kampus dekat Terminal Ceguk ini punya banyak peristiwa penting untuk dipublikasikan. Baik yang menggembirakan maupun memalukan. Aku tidak mau menulis detail dua hal itu. Bila ingin tahu tentang itu, tengok media mainstream –baik lokal maupun nasional. Bukan di activita.co.id.
Terus terang aja, setiap muncul tautan berita tentang kampus tercinta –baik menggembirakan maupun memalukan- di beranda medsos, aku klik dan baca sekilas, lalu intip website ACTIVITA. Namun upaya intip itu sia-sia dan bikin kecewa, karena tak menemukan itu di website ACTIVITA yang tampilannya mayan bagus dan sudah berdomain itu.
Pertanyaanku: apa susahnya pengurus nyari satu informasi atau bikin opini mempublikasikan di website ACTIVITA? Apa yang kurang? Media sudah ada. Dan kulihat tak hanya website, medsos dan channel Youtube pun sudah ada.
Menurutku, medsos ACTIVITA, lebih baik diisi konten-yang berhubungan dengan jurnalistik dan literasi-tentang kampus atau karya pengurus atau anggota daripada poster ucapan fafifu –selamat ulang tahun PU, Pengurus, dan hal-hal lebay lainnya.
Ucapan boleh, seperti untuk apresiasi pencapaian salah satu keluarga besar ACTIVITA. Misal ada anggota atau pengurus juara lomba atau terpilih sebagai apa- atau capaian kampus dan sivitas akademikanya. Intinya hal-hal yang bau-bau prestisius bukan semacam ulang tahun PU/Pengurus apalagi non ACTIVITA yang tak layak ACTIVITA urus.
Apresiasi tak berhenti di poster. Akan lebih baik bila dilanjutkan dengan dibikin profilnya. Bisa kan, dikemas–tulisan/Video- feature. Ya, tak perlu panjang. Yang penting proses kreatif dan hal inspiratifnya tersampaikan.
Oh ya, ini penting juga. Kalau masih aktif di ACTIVITA, ada baiknya jalin komunikasi dengan media di luar dan para alumni ACTIVITA yang sudah jadi praktisi media atau non media. Selain untuk mengambil ibrah perjalanan karirnya, itu bisa jadi investasi jejaring setelah lulus. Tapi sejauh ini, yang ada, menurutku kurang tepat jalin komunikasi itu.
Setelah asyik jalin komunikasi, justru abai terhadap ACTIVITA. Akhirnya, ACTIVITA semakin hari semakin sepi orang-orang produktif. Imbasnya, media ACTIVITA sepi, bahkan ACTIVITA terancam mati suri.
Menulis berita harian tentang kampus di medianya ACTIVITA, bukan hanya tugas anggota magang. Tapi itu juga tugas PU/Pengurus dan beri contoh untuk anggota. Karya untuk di website/medsos, tak melulu soal tulisan. Bisa, kan, karikatur, misalnya. Nah, untuk karya ini, bisa fungsikan yang jago gambar.
Menulis berita di kampus, kelola–dan berkarya di medianya ACTIVITA jelas sangat melelahkan dan tidak dibayar. ACTIVITA kan UKM-malah UKK, itu tempat belajar, bukan tempat kerja. Makanya harus pintar-pintar olah waktu : kapan kuliah dan menyelesaikan tugas-tugas formalitas dari dosen. Dan kapan waktunya belajar di ACTIVITA.
Bahkan, aku dulu yang bikin aturan baru- rekrutmen di PAB. Yang dulunya calon anggota harus bisa bikin karya bagus, aku ubah.Ya, meskipun beberapa teman bahkan sebagian senior ACTIVITA waktu itu menentangnya.
Menurutku, ACTIVITA itu kan tempat belajar, maka calon anggota tak bisa dituntut punya karya bagus saat mendaftar. Yang penting, usaha berkarya dan berkomitmen untuk belajar.
Lagian, ACTIVITA bukan tempat kerja. Tapi tempat belajar dan berkarya selama jadi mahasiswa IAIN MADURA.
Aktif di ACTIVITA, bukan berarti harus abai kewajiban kuliahnya. Tapi, percaya atau tidak, jerih payah belajar di ACTIVITA akan sangat membantu setelah lulus dari kampus: Sebab skill menulis atau skill bau-bau jurnalistik lainnya, adalah investasi jangka panjang.
Okelah, misal kuliah di prodi pendidikan.
Anggaplah setelah lulus jadi guru atau tenaga kependidikan lainnya. Tapi, misal ijazah keguruannya itu tidak laku saat setelah ditenteng ke sana kemari, maka skill menulis atau skill lainnya yang berhubungan dengan jurnalistik bisa diandalkan. Peluang sangat banyak.
Aku sendiri mengibaratkan: berdasarkan pengalamanku. Belajar dan berdedikasi untuk ACTIVITA itu seperti tanam bambu. Tahu, kan, tanaman bambu tidak akan tampak hanya dalam 1-5 tahun pertama. Selama itu, bambu menguatkan akarnya dulu. Baru setelah itu, daunya lebat, rantingnya melambai, dan batangnya menjulang.
Dan, diakui atau tidak, proses kreatif di ACTIVITA, bukan hanya menulis. Skill seperti layout, editing video, public speaking, mengelola website, atau lainnya yang berhubungan dengan jurnalistik dan literasi bisa diasah. Buktinya, banyak teman-teman alumni ACTIVITA yang jago di luar bidang kepenulisan.
ACTIVITA, satu-satunya ormawa-rumah untuk belajar jurnalistik dan jalin kekeluargaan di IAIN Madura. Dan organisasi ini, bagiku, adalah rumah paling nyaman dan asyik di kampus-yang kebelet jadi UIN ini. Padahal, dari STAIN ke IAIN- mahasiswanya masih mengeluhkan fasilitas yang kadang dibangun -pengadaanya asal-asalan.
Bila ingin belajar di luar ACTIVITA, silakan dan itu baik. Tapi semasih aktif di ACTIVITA maksimalkan kesempatan baik yang ada di ACITVITA saja.
PU, baiknya memang yang bisa -wajib- menulis. Setidaknya, straight news. Alasannya: BERITA ADALAH NAPAS ACTIVITA. Sehingga, kalau ada anggota yang merasa kesulitan, bisa langsung diayomi oleh PU. Ya, meskipun ada koordinator di bidang kaderisasi dan penerbitan – malah tak jarang sebagian pengurus hanya numpang nama di struktural kepengurusan- misalnya. Tapi, yang paling utama bila PU jadi kakak dan tempat bersandar adik-adik anggota untuk konsultasi.
Kalau tidak bisa menulis berita atau karya lainnya, maka PU juga pengurus kudu pandai-pandai ayomi dan rangkul yang bisa untuk terus bertahan di ACTIVITA. Urusan ACTIVITA, tak harus selalu tatap muka. Toh, sekarang sudah banyak aplikasi percakapan untuk membicarakan proses dan progresnya.
Begitupun dengan Pengurus, baiknya bisa menulis, hidupi website ACTIVITA dengan karyanya. Karya, tak harus sempurna. Bikin semampunya. Salah atau dapat koreksi, ya, kudu terima dengan lapang dada.
Bila ACTIVITA ibarat sumur jurnalistik di IAIN Madura. Maka jangan lelah menimba air jurnalisme di sana.
Bila ACTIVITA ibarat rumah, maka jangan lelah-apalagi sinis satu sama lain-jalin dan jaga kekeluargaan itu.
Yang jelas, semuanya kembali ke adik-adik pengurus hari ini. Apakah mau benar-benar belajar atau tidak. Ya, kalau hanya ingin tampil necis dengan PDH atau kaos berlogo ACTIVITA -mending pake punyaku aja, kebetulan aku punya banyak-, itu kebangetan. Atau, mau jadi pengurus bahkan PU hanya untuk bangga-bangaan/ ingin pamer- numpang nama di struktural kepengurusan, ya, itu sangat memalukan.
Oh ya, kudengar, PU hari ini, adalah seorang perempuan. Dan YESSS, ini sejarah baru di lingkungan ACTIVITA. Keyakinanku, ini sebagai bukti bahwa ACTIVITA melek gender dan kesetaraan.
Wabil Khusus PU, selamat belajar-berkarya-berdedikasi untuk ACTIVITA.
Jadi PU dan pengurus, bisa rawat –jalankan kegiatan sakral dan rutinitas ACTIVITA itu sudah biasa. Tapi, kalau hanya bisa itu, terus apa bedanya dengan jalan di tempat? Apa gunanya pergantian kepengurusan?
Ibarat kendaraan umum. Buat apa ganti sopir dan kernet, bila gantinya gak asyik bahkan ugal-ugalan. Alih-alih penumpang selamat sampai ke tujuan, kendaraan tidak terguling pun sudah bersyukur.
Aku yakin, PU dan Pengurus hari ini mau merawat yang baik dan siap urun ide untuk ACTIVITA lebih baik.
Aku yakin, PU dan Pengurus hari ini tidak kolot. Semuanya melek digital dan mampu-mau bikin perubahan.
PU dan Pengurus, harus pegang prinsip : ACTIVITA itu independen dan hadir untuk semua golongan.
Sebagai alumni yang seperti sebutir debu, aku berharap bisa lihat-baca-dengar berita tentang kampus atau karya lainnya melalui media milik ACTIVITA.
Adalah kebanggaan tersendiri bila PU dan Pengurus hari ini dan kedepan, bisa berkarya di luar media itu. Tapi kebanggaan itu akan SEMPURNA bila karyanya jadi NAPAS MEDIA ACTIVITA.
Bila butuh -diberi masukan oleh alumni, siapapun itu- baik untuk didengar dan dipertimbangkan. Bila cocok, gas kan aja. Bila tidak, tak jadi soal. Aku yakin, para alumni, senang misal ada pengurus ACTIVITA yang komunikasi untuk urun ide
And the last, tulisan ini –anggap saja sebagai alarm untuk membangunkan LPM ACTIVITA dari tidur panjangnya. Selebihnya, ayo pikopian dan ngakak bersama sambil urun ide untuk langkah-produktivitas ACTIVITA ke depannya.
Agar lebih afdhol aku akhiri catatan ini dengan : SALAM PERS MAHASISWA!
*Gafur Abdullah