Benih dari Mastapala
Perbesar
Kamis (25/4) pagi menjadi hari yang berbeda untuk masyarakat gurem dan sekitarnya. Pasalnya, Mahasiswa Pecinta Alam (Mastapala) STAIN Pamekasan mengadakan kegiatan pembagian bibit pohon dalam rangka lanjutan untuk memperingati hari bumi yang jatuh pada tanggal 22 April 2013 lalu. Sebelumnya, pada tanggal 22 April Mastapala juga melakukan perbaikan tanaman dan membersihkan lingkungan kampus. Mastapala yang juga dibantu oleh Siswa Pecinta Alam (Sispala) SMA Pakong berkumpul di persimpangan Gurem, Jalan Trunojoyo sejak pukul 07.00 untuk memulai aksi kepedulian mereka terhadap bumi.
Kegiatan itu dilakukan agar masyarakat juga turut berperan dalam proses penghijauan lingkungan, mengingat kondisinya saat ini sudah memprihatinkan. Sebanyak 500 bibit pohon telah disiapkan untuk dibagikan secara gratis kepada para pengendara dan warga yang melintasi jalan protokol itu. Bibit pohon tersebut didapat atas sumbangan Dishubbud (Dinas Perhubungan dan Kebudayaan) Pamekasan, dan beberapa bibit merupakan sisa dari tahun sebelumnya. Ada lima jenis pohon yang dibagikan, diantaranya adalah bibit pohon jati putih, mahoni, jambun, sukun, dan pohon jati.
Selain membagikan bibit pohon, mastapala juga membagikan artikel sebanyak 500 eksemplar kepada pengendara yang berisi tentang sejarah hari bumi, pentingnya hari bumi, dan kondisi bumi saat ini.Menurut Vita, salah satu partisipan dan anggota mastapala, persiapan yang dilakukan untuk kegiatan itu kurang lebih selama 3 minggu.
Ainun Fahmi Ramadhani yang merupakan ketua panitia mengatakan, masyarakat sangat tertarik dengan adanya pembagian bibit pohon tersebut. “Awalnya, mereka bertanya ada apa ini? Namun setelah kami mengutarakan maksud dan tujuan kami ternyata mereka banyak yang mendukung,” ucap Ainun. Bahkan beberapa warga berebut untuk mendapatkan bibit, terutama bibit jati dan mahoni.
Wanita yang akrab dipanggil manued ini melanjutkan, ada beberapa kendala dalam kegiatan tersebut. Kendalanya yakni ada sebagian masyarakat yang menolak atas bibit yang diberikan oleh partisipan. Alasannya bermacam-macam. Ada yang beralasan tidak bisa memegang pohon karena sedang mengemudi, tidak adanya lahan untuk ditanami pohon, dan lain-lain. Penolakan yang halus dan kasar tak jarang ditemui oleh panitia, namun hal itu tak menyurutkan semangat panitia untuk mensukseskan kegiatan tersebut.
Panitia menargetkan kegiatan tersebut akan berlangsung hingga pukul 11.00, namun pada pukul 08.30, semua pohon dan selebaran sudah habis. “Alhamdulillah kegiatan ini berlangsung lebih cepat dari yang kami rencanakan,” tambah Manued dengan senyum puas di wajahnya saat melihat kardus-kardus bibit pohon yang sudah kosong.
Kegiatan tersebut berlangsung dengan lancar dan tidak menimbulkan kemacetan yang berarti. Beberapa polisi juga turut mengawal kegiatan tersebut.
“Awalnya saya kira ada kecelakaan, jadi saya kesini untuk memastikan. Eh, ternyata ada pembagian benih,” ujar Misnati, seorang wanita paruh baya yang bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi pembagian bibit.
Ainun berharap agar acara-acara selanjutnya, khususnya yang diadakan Mastapala, bisa berjalan lebih baik dan lebih lancar lagi. Pukul 08.45 arus lalu lintas sudah kembali normal dan para partisipan perlahan mulai meninggalkan lokasi.
Artikel ini telah dibaca 5 kali
Benih dari Mastapala
Perbesar
Kamis (25/4) pagi menjadi hari yang berbeda untuk masyarakat gurem dan sekitarnya. Pasalnya, Mahasiswa Pecinta Alam (Mastapala) STAIN Pamekasan mengadakan kegiatan pembagian bibit pohon dalam rangka lanjutan untuk memperingati hari bumi yang jatuh pada tanggal 22 April 2013 lalu. Sebelumnya, pada tanggal 22 April Mastapala juga melakukan perbaikan tanaman dan membersihkan lingkungan kampus. Mastapala yang juga dibantu oleh Siswa Pecinta Alam (Sispala) SMA Pakong berkumpul di persimpangan Gurem, Jalan Trunojoyo sejak pukul 07.00 untuk memulai aksi kepedulian mereka terhadap bumi.
Kegiatan itu dilakukan agar masyarakat juga turut berperan dalam proses penghijauan lingkungan, mengingat kondisinya saat ini sudah memprihatinkan. Sebanyak 500 bibit pohon telah disiapkan untuk dibagikan secara gratis kepada para pengendara dan warga yang melintasi jalan protokol itu. Bibit pohon tersebut didapat atas sumbangan Dishubbud (Dinas Perhubungan dan Kebudayaan) Pamekasan, dan beberapa bibit merupakan sisa dari tahun sebelumnya. Ada lima jenis pohon yang dibagikan, diantaranya adalah bibit pohon jati putih, mahoni, jambun, sukun, dan pohon jati.
Selain membagikan bibit pohon, mastapala juga membagikan artikel sebanyak 500 eksemplar kepada pengendara yang berisi tentang sejarah hari bumi, pentingnya hari bumi, dan kondisi bumi saat ini.Menurut Vita, salah satu partisipan dan anggota mastapala, persiapan yang dilakukan untuk kegiatan itu kurang lebih selama 3 minggu.
Ainun Fahmi Ramadhani yang merupakan ketua panitia mengatakan, masyarakat sangat tertarik dengan adanya pembagian bibit pohon tersebut. “Awalnya, mereka bertanya ada apa ini? Namun setelah kami mengutarakan maksud dan tujuan kami ternyata mereka banyak yang mendukung,” ucap Ainun. Bahkan beberapa warga berebut untuk mendapatkan bibit, terutama bibit jati dan mahoni.
Wanita yang akrab dipanggil manued ini melanjutkan, ada beberapa kendala dalam kegiatan tersebut. Kendalanya yakni ada sebagian masyarakat yang menolak atas bibit yang diberikan oleh partisipan. Alasannya bermacam-macam. Ada yang beralasan tidak bisa memegang pohon karena sedang mengemudi, tidak adanya lahan untuk ditanami pohon, dan lain-lain. Penolakan yang halus dan kasar tak jarang ditemui oleh panitia, namun hal itu tak menyurutkan semangat panitia untuk mensukseskan kegiatan tersebut.
Panitia menargetkan kegiatan tersebut akan berlangsung hingga pukul 11.00, namun pada pukul 08.30, semua pohon dan selebaran sudah habis. “Alhamdulillah kegiatan ini berlangsung lebih cepat dari yang kami rencanakan,” tambah Manued dengan senyum puas di wajahnya saat melihat kardus-kardus bibit pohon yang sudah kosong.
Kegiatan tersebut berlangsung dengan lancar dan tidak menimbulkan kemacetan yang berarti. Beberapa polisi juga turut mengawal kegiatan tersebut.
“Awalnya saya kira ada kecelakaan, jadi saya kesini untuk memastikan. Eh, ternyata ada pembagian benih,” ujar Misnati, seorang wanita paruh baya yang bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi pembagian bibit.
Ainun berharap agar acara-acara selanjutnya, khususnya yang diadakan Mastapala, bisa berjalan lebih baik dan lebih lancar lagi. Pukul 08.45 arus lalu lintas sudah kembali normal dan para partisipan perlahan mulai meninggalkan lokasi.
Artikel ini telah dibaca 0 kali
Baca Lainnya
Trending di Liputan Khusus