Api Alam Tarik Wisatawan Luar Madura dan Mancanegara
Perbesar
Pamekasan – Api alam atau biasa dikenal dengan “api tak kunjung padam” adalah salah satu wisata di pulau Madura. Wisata tersebut mampu menarik wisatawan luar Madura maupun mancanegara. Pengunjung kebanyakan datang pada hari-hari libur.
“Pengunjung rata-rata dari jawa, seperti: Pekalongan, Kediri, Bojonegoro, Jombang, Jember, dan lain-lain, luar jawa, seperti: Bali dan Jakarta, mancanegara, seperti : Amerika dan Malaysia,” kata Hendri pedagang di sekitar Api Alam, Minggu (26/10).
Ketertarikan pengunjung terhadap wisata unik di pulau garam, karena keunikan api tidak pernah padam dan dagangan-dagangan tergolong murah yang tersedia di tempat. Alasan tersebut yang bisa menyedot pengunjung dari luar Madura dan mancanegara. “Hal ini adalah salah satu kebanggaan masyarakat Madura khususnya masyarakat Pamekasan,” tutur salah satu pedagang di Api Alam, Hendri.
Keunikan Api Alam tidak selamanya menjadi tujuan utama dalam planning para wisatawan, karena di pulau ini mempunyai banyak tempat wisata yang tidak kalah menariknya. Seperti yang dipaparkan Wahyudi, wisatawan dari Lumajang, bahwa dia mengamini di pulau Madura terdapat beberapa tempat wisata yang layak dikunjungi, seperti Pantai Lombang, Asta Tinggi, Asta Sayyid Yusuf, dan salah satunya adalah Api Alam.
“Kami sebagai pedagang disini sangatlah bersyukur, karena bisa mencicipi manisnya keunikan yang terjadi disini, serta hal ini bisa mengubah aktivitas masyarakat, yang semula adalah petani sekarang menjadi pedagang, yang mana penghasilannya lebih menjanjikan, karena kami bisa mendapatkan uang kuarang lebih satu juta ketika pengunjungnya ramai, dan dua ratus ribu ketika pengunjungnya lagi sepi,” ucap Nur Aisyah, pedagang batik dan barang-barang tradisional lainnya.
Barang-barang tradisional unik yang tersedia di sekitar Api Alam, ternyata mampu mengunggah keinginan para wisatawan untuk membelinya. Wisatawan cilik, Riki (12) tertarik untuk memiliki celurit yang merupakan salah satu senjata tradisional orang Madura. Dia membelinya untuk dipajang di rumahnya, karena barang tersebut tergolong unik.
Tetapi tidak semua pengunjung tertarik berbelanja di sekitar Api Alam. Inggrid (17), gadis yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya duduk santai menunggu keluarga dan teman-temannya sedang belanja. Dia berpendapat bahwa barang-barang yang tersedia di sekitar wisata tidak menarik untuk dikoleksi atau dinikmati. Ia menyarankan agar para pedagang mengemas barang dagangannya semenarik mungkin tanpa mengubah ciri khas dari barang tersebut.
Sayangnya, keindahan panorama Api Alam tidak didukung dengan fasilitas-fasilitas yang memadai, beberapa pengunjung dan juga sopir bus banyak mengeluhkan adanya tiket yang mahal tetapi fasilitasnya kurang mendukung. Hal ini menjadi sebuah kritikan kepada kumpulan masyarakat yang bertugas untuk menari tiket tetapi tidak ada perubahan dalam segi fasilitas, seperti: jalan rusak, minimnya kamar mandi, dan juga tempat duduk untuk bersantai menikmati Api Alam tersebut.
Ratno adalah salah satu sopir bus yang mengeluhkan fasilitas setempat, dia berpendapat bahwa, seharusnya kami selaku pengunjung mendapat fasilitas yang memuaskan, dengan penarikan tiket Rp. 40.000,00-, itu sudah tergolong sangat mahal.
Di Pamekasan terdapat dua Api Alam, tetapi sedikit sekali para wisatawan yang mengetahuinya. Api Alam yang kedua terletak di sebelah utara Api Alam yang sudah terkenal itu, dan masyarakat setempat menyebutnya “Api Alam cowok”. Kurangnya masyarakat setempat dalam mensosialisasikan “Api Alam Cowok”, menjadi salah satu kendala bagi para wisatawan untuk mengetahuinya.
“Api ini (api alam yang belum terlalu dikenal, red) sangatlah lebih menarik ketimbang yang disana, karena selain bisa menikmati keindahan dari api alam kita bisa menikmati pemandangan yang memanjakan mata, dan juga kita sebagai umat Islam harus bersyukur serta tambah yakin dengan keajaiban ini, adalah salah satu pertanda kekuasaan Allah. Tetapi sungguh sayang banyak wisatawan yang tidak mengetahuinya,” Ali masyarkat setempat menegaskan, ketika diwawancarai crew di Api Alam Cowok.
(idy)
Artikel ini telah dibaca 9 kali
Api Alam Tarik Wisatawan Luar Madura dan Mancanegara
Perbesar
Pamekasan – Api alam atau biasa dikenal dengan “api tak kunjung padam” adalah salah satu wisata di pulau Madura. Wisata tersebut mampu menarik wisatawan luar Madura maupun mancanegara. Pengunjung kebanyakan datang pada hari-hari libur.
“Pengunjung rata-rata dari jawa, seperti: Pekalongan, Kediri, Bojonegoro, Jombang, Jember, dan lain-lain, luar jawa, seperti: Bali dan Jakarta, mancanegara, seperti : Amerika dan Malaysia,” kata Hendri pedagang di sekitar Api Alam, Minggu (26/10).
Ketertarikan pengunjung terhadap wisata unik di pulau garam, karena keunikan api tidak pernah padam dan dagangan-dagangan tergolong murah yang tersedia di tempat. Alasan tersebut yang bisa menyedot pengunjung dari luar Madura dan mancanegara. “Hal ini adalah salah satu kebanggaan masyarakat Madura khususnya masyarakat Pamekasan,” tutur salah satu pedagang di Api Alam, Hendri.
Keunikan Api Alam tidak selamanya menjadi tujuan utama dalam planning para wisatawan, karena di pulau ini mempunyai banyak tempat wisata yang tidak kalah menariknya. Seperti yang dipaparkan Wahyudi, wisatawan dari Lumajang, bahwa dia mengamini di pulau Madura terdapat beberapa tempat wisata yang layak dikunjungi, seperti Pantai Lombang, Asta Tinggi, Asta Sayyid Yusuf, dan salah satunya adalah Api Alam.
“Kami sebagai pedagang disini sangatlah bersyukur, karena bisa mencicipi manisnya keunikan yang terjadi disini, serta hal ini bisa mengubah aktivitas masyarakat, yang semula adalah petani sekarang menjadi pedagang, yang mana penghasilannya lebih menjanjikan, karena kami bisa mendapatkan uang kuarang lebih satu juta ketika pengunjungnya ramai, dan dua ratus ribu ketika pengunjungnya lagi sepi,” ucap Nur Aisyah, pedagang batik dan barang-barang tradisional lainnya.
Barang-barang tradisional unik yang tersedia di sekitar Api Alam, ternyata mampu mengunggah keinginan para wisatawan untuk membelinya. Wisatawan cilik, Riki (12) tertarik untuk memiliki celurit yang merupakan salah satu senjata tradisional orang Madura. Dia membelinya untuk dipajang di rumahnya, karena barang tersebut tergolong unik.
Tetapi tidak semua pengunjung tertarik berbelanja di sekitar Api Alam. Inggrid (17), gadis yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya duduk santai menunggu keluarga dan teman-temannya sedang belanja. Dia berpendapat bahwa barang-barang yang tersedia di sekitar wisata tidak menarik untuk dikoleksi atau dinikmati. Ia menyarankan agar para pedagang mengemas barang dagangannya semenarik mungkin tanpa mengubah ciri khas dari barang tersebut.
Sayangnya, keindahan panorama Api Alam tidak didukung dengan fasilitas-fasilitas yang memadai, beberapa pengunjung dan juga sopir bus banyak mengeluhkan adanya tiket yang mahal tetapi fasilitasnya kurang mendukung. Hal ini menjadi sebuah kritikan kepada kumpulan masyarakat yang bertugas untuk menari tiket tetapi tidak ada perubahan dalam segi fasilitas, seperti: jalan rusak, minimnya kamar mandi, dan juga tempat duduk untuk bersantai menikmati Api Alam tersebut.
Ratno adalah salah satu sopir bus yang mengeluhkan fasilitas setempat, dia berpendapat bahwa, seharusnya kami selaku pengunjung mendapat fasilitas yang memuaskan, dengan penarikan tiket Rp. 40.000,00-, itu sudah tergolong sangat mahal.
Di Pamekasan terdapat dua Api Alam, tetapi sedikit sekali para wisatawan yang mengetahuinya. Api Alam yang kedua terletak di sebelah utara Api Alam yang sudah terkenal itu, dan masyarakat setempat menyebutnya “Api Alam cowok”. Kurangnya masyarakat setempat dalam mensosialisasikan “Api Alam Cowok”, menjadi salah satu kendala bagi para wisatawan untuk mengetahuinya.
“Api ini (api alam yang belum terlalu dikenal, red) sangatlah lebih menarik ketimbang yang disana, karena selain bisa menikmati keindahan dari api alam kita bisa menikmati pemandangan yang memanjakan mata, dan juga kita sebagai umat Islam harus bersyukur serta tambah yakin dengan keajaiban ini, adalah salah satu pertanda kekuasaan Allah. Tetapi sungguh sayang banyak wisatawan yang tidak mengetahuinya,” Ali masyarkat setempat menegaskan, ketika diwawancarai crew di Api Alam Cowok.
(idy)
Artikel ini telah dibaca 0 kali
Baca Lainnya
Trending di Liputan Khusus