Ku tatap tajam serpihan awan yang menyembunyikan satu luka dan menyamarkan air mata dengan hujannya Makhluk tuhan yang kesakitan
Perlahan memejamkan mata lalu menarik napas sepelan pelannya
Merangkai aksara dengan pena yang terisi tinta sejuta tawa
Bulan bersembunyi dibalik kegelapan
Bintang menangis sendu karna perpisahan
Angin memeluknya meskipun tak bisa memberi kehangatan
Aku kehilangan jiwaku
Tenangku telah dicuri
Bahagiaku direnggut paksa
Mentariku tak hangat lagi
Hanya tersisa luka dan sunyinya
Pertanyaan aku masih siapa?datang kembali, bersamaan dengan derai air mata yang mendevinisikan duka di setiap tetesnya. (Afroh Bil Eid/Activita)